Pada pekan lalu, atau tepatnya pada tanggal 30/9 lalu Badan Pusat Statistik (BPS) kembali melaporkan laju inflasi Tanah Air untuk periode September 2015. Dalam rilis tersebut tercatat bahwa laju inflasi pada September 2015 menjadi sebesar 6,83 persen (yoy), dimana laju inflasi tersebut merupakan yang terendah dalam kurun 5 (lima) bulan terakhir. (Lihat juga: Daya Beli Masyarakat Turun, September 2015 Deflasi Indonesia 0,05%)
Namun demikian, meski ke depan laju inflasi diyakini masih akan dalam tren penurunan, hal tersebut nyatanya belum memberi ruang yang cukup bagi Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga acuan (BI Rate). Pasalnya, stabilitas nilai tukar rupiah masih memerlukan kebijakan moneter ketat, sehingga BI belum bisa menurunkan suku bunga meski hal itu diperlukan di tengah perlambatan ekonomi.
Seperti diketahui, laju inflasi Indonesia tercatat adalah yang tertinggi di emerging market Asia, yakni sebesar 8,36 persen pada Desember 2014 lalu, sebulan setelah Presiden Joko Widodo menaikkan harga BBM dengan pemotongan subsidi sebesar lebih dari 30 persen. Tingginya laju inflasi tersebut disebut-sebuut selalu menjadi salah satu faktor yang menghalangi BI untuk menurunkan tingkat suku bunganya, yang sejak Februari 2015 sampai saat ini masih dipertahankan pada level 7,50 persen. Harus dipahami, tingginya tingkat suku bunga di tengah pelemaham ekonomi saat ini menjadi keluhan utama kalangan usaha.
Namun demikian, meski tingkat inflasi hingga akhir tahun 2015 ini turun tajam jika dibandingkan posisi Desember 2014 lalu, tetap saja peluang BI untuk menurunkan suku bunganya tertutup karena rupiah saat ini masih terus dalam tekanan setelah kehilangan 18 persen nilai terhadap dolar AS di sepanjang tahun 2015 ini. Baru-baru ini India yang juga salah satu negara emerging market Asia tercatat baru saja menurunkan suku bunganya hingga 50 bps karena memanfaatkan rendahnya tingkat inflasi. (Lihat juga: Bank Sentral India Pangkas Lagi Suku Bunganya, Inflasi Terlalu Rendah)
Sejauh ini BI melihat ekspektasi inflasi pada tahun 2015 adalah sebesar 4,3 persen, oleh sebab itu Indonesia sangat memerlukan dorongan pertumbuhan ekonomi sehingga opsi penurunan suku bunga menjadi mungkin. BI pun terus berupaya menerapkan berbagai kebijakan moneter untuk mendukung stabilitas ekonomi Nasional. Sebagai informasi saja, BI akan melangsungkan Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 15 Oktober mendatang, yang utamanya membahas kebijakan suku bunga.
Stephanie Rebecca/VM/BNV/ Analyst at Vibiz Research Center
Edior: Asido Situmorang