Pelemahan AUD Berpotensi Lanjut, RBA Rate Tetap 2%

570

Hari ini (6/10), Bank Sentral Australia (RBA) kembali mengumumkan bahwa suku bunga acuan mereka tidak mengalami perubahan pada bulan ini, masih tetap sebesar 2 persen. Pasalnya, keputusan ini diambil oleh RBA setelah Dolar Australia (AUD) mencatat penurunan terbesarnya di sepanjang periode Juni-September 2015 yaitu sebesar 9 persen karena terus tertekan oleh harga komoditas yang lebih rendah dan terus melemahnya ekonomi Tiongkok yang selama ini menjadi negara tujuan ekspor utama Australia.

RBA rate

Gubernur RBA melihat kondisi perlambatan ekonomi negara-negara di di Asia timur khususnya Tiongkok telah mengakibatkan pergerakan dolar Australia terus menyesuaikan diri sejalan dengan penurunan yang signifikan pada harga komoditas utama. Australia sejauh ini memang belum mampu menggerakkan bisnis di bidang industri non komoditas agar perekonomiannya tidak terlalu bergantung pada ekspor komoditas, Baru-baru ini bahkan beberapa pelaku bisnis justru berencana memangkas angka investasinya hingga 23 persen di tahun fiskal 2015 dengan tujuan cost efficiency.

Dalam pendapat terpisah, JPMorgan juga memperkirakan AUD akan bukukan penurunan lebih lanjut. Pasalnya, pelemahan AUD tersebut nantinya diharapkan dapat menolong neraca perdagangan Australia yang defisitnya kian membengkak akibat terpuruknya kegiatan ekspor negara ini. Seperti diketahui jika AUD makin melemah seharusnya harga barang produksi Australia semakin lebih kompetitif di pasar dagang internasional, meskipun untuk ekspor komoditas tetap akan diimbangi dengan murahnya harga komoditas. Dapat dilihat tren pelemahan AUD pada gambar dibawah ini:

Perlambatan ekonomi Tiongkok memang sudah memberikan dampak domino pada system ekonomi global, tidak terkecuali Australia. Ditengah terjepitnya posisi Australia saat ini yang tidak mungkin mengandalakan ekspor komoditas, maka berbagai tekanan datang kepada pemerintah Australia untuk segera merombak sistem pajak di negaranya dan memperketat pasar tenaga kerja untuk meningkatkan produktivitas yang ujungnya dapat menghasilkan pertumbuhan.

Dengan mempertimbangkan berbagai factor diatas, Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan pertumbuhan Australia pada jangka menengah berpotensi tumbuh pada kisaran 2,5 persen. Sejauh ini kebijakan moneter yang diterapkan RBA dinilai cukup tepat dan akomodatif meskipun berbagai risiko keuangan tetap tidak bisa dihindarkan.

 

 

 

Stephanie Rebecca/VM/BNV/ Analyst at Vibiz Research Center
Edior: Asido Situmoran

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here