Inflasi Masih Dibawah Target, Harga Ekspor-Impor Australia Masih Sulit Bangkit

909

Sebelumnya sudah dilaporkan bahwa CB Leading Indicator (LEI) Australia periode Agustus lalu menurun dan berakhir sebesar -0,4 persen, padahal di bulan sebelumnya bukukan pertumbuhan sebesar 0,3 persen. Penurunan skor tersebut, pasalnya terjadi karena empat dari tujuh komponen pembentuk CB Leading index bukukan penurunan sedangkan tiga komponen lainnya bukukan peningkatan. Tiga komponen pembentuk CB leading index yang meningkat pada bulan Agustus lalu antara lain yield spread, ekspor barang pedesaan (rural goods export), dan laba kotor perusahaan. Sementara kontributor negatif berasal dari harga saham, persetujuan bangunan, pasokan uang dan sales to inventories ratio. (Lihat juga: Indikator Ekonomi Turun, Australia Waspadai Perlambatan Ekonomi)

Menurunnya skor CB LEI Australia tersebut sedikit banyak mencerminkan kondisi ekonomi Australia saat ini yang sedang lesu karena masih terkena imbas perlambatan ekonomi Tiongkok yang mengakibatkan ekspor komoditasnya tertekan. Menyusul rilis tersebut, Biro Statistik Australia siang ini (29/10) kembali melaporkan data harga ekspor dan impor Australia untuk periode yang berakhir pada Q3-2015 kemarin. Dalam rilis tersebut terlihat bahwa pada Q3 lalu harga ekspor di Australia berhasil pulih meski tidak signifikan karena hanya berhasil kembali ke level pertumbuhan 0,5 persen setelah sempat menyusut tajam di kuartal sebelumnya yang tercatat kontraksi sebesar -4,4 persen. Sementara itu untuk harga impor negara ini masih tercatat bukukan pertumbuhan yang stabil dengan yang tercatat di kuartal sebelumnya yaitu sebesar 1,4 persen.

Di antara komponen pembentuk harga ekspor pada Q3 lalu, harga ekspor untuk makanan dan barang manufaktur keduanya tercatat naik sebesar 5,2 persen, lalu diikuti oleh kenaikan harga bahan kimia sebesar 2,4 persen dan peralatan transportasi sebesar 1,8 persen. Sementara itu, harga minyak nabati turun 8,1 persen, minuman dan bahan mentah turun 0,9 persen dan komoditas turun 0,7 persen. Sedangkan untuk komponen pembentuk harga impor pada Q3 lalu secara rinci harga barang kimia tercatat naik 5,9 persen, diikuti oleh harga minyak nabati sebesar 5,5 persen, harga peralatan transportasi sebesar 3,2 persen, makanan sebesar 2,8 persen dan komoditas sebesar 1,0 persen. Harga bahan bakar mineral anjlok 10,7 persen dan harga bahan mentah turun 2,9 persen.

Sejauh ini laju inflasi Australia juga masih cukup jauh dari target yang dipatok bank sentralnya. Jika harga ekspor dan mpor di negara ini terus tergerus, maka tentu laju inflasinya juga akan ikut melemah. Seperti diketahui, laju inflasi Australia pada Q3 lalu tercatat tumbuh sebesar 1,5 persen (yoy), atau tidak berubah dari yang tercatat di kuartal sebelumnya. Laju inflasi Australia pada Q3 lalu masih jauh dibawah target RBA tahun ini yaitu di kisaran 2-3 persen. (Lihat juga: Sesuai Perkiraan Sebelumnya, Laju Inflasi Final Australia Periode Q3-2015 Tetap 1,5%)

 

 

 

 

 

Stephanie Rebecca/VM/VBN/ Analyst at Vibiz Research Center
Edior: Asido Situmorang

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here