Tumbangnya Yen Jepang Berhasil Memangkas Pelemahan Nikkei Oktober

890
indeks nikkei

Kembali melemahnya pergerakan kurs Yen Jepang dibulan Oktober tampak berhasil membangkitkan pergerakan indeks Nikkei disepanjang bulan Oktober, bahkan mampu memangkas pelemahan dibulan sebelumnya. Kekhawatiran para investor akan kebijakan moneter terbaru AS, yakni kepastian akan kenaikan suku bunga Bank Sentral AS oleh Federal Reserves AS Janet Yellen diawal bulan Oktober tampak berhasil membingungkan pergerakan Yen Jepang, meskipun adanya data pemutusan hubungan kerja, klaim pengangguran AS, dan data ISM Manufacturing PMI AS dibulan September yang secara keseluruhan menunjukan hasil yang negatif. Selain ditekan oleh sentimen AS, tampak turut ditekan oleh sentimen dalam negeri, seperti data Tankan Large Manufacturing Index Q3, data Tankan Non Manufacturing Index Q3, Tankan Non Manufacturing Outlook, dan Tankan Large Manufacturing Outlook Q3, serta Nikkei Manufacturing PMI Final September, yang secara keseluruhan menunjukan penurunan yang signifikan dari hasil rilis sebelumnya.

Berlanjut pada pekan kedua Oktober, pergerakan indeks Nikkei terpantau kembali bergerak dalam tekanan, yang dikarenakan mixednya pergerakan Yen Jepang yang dipengaruhi oleh sentimen AS, seperti menurunnya kinerja ISM Non Manufacturing PMI AS dibulan September, defisit neraca perdagangan dalam negeri yang mengalami peningkatan imbas dari menurunnya kinerja ekspor AS dibulan Agustus, menurun tajamnya laju pertumbuhan kredit AS dibulan Agustus, serta membaiknya kinerja harga ekspor dan impor AS dibulan September.

Sepinya arahan sentimen AS diawal pekan ketiga Oktober yang dikarenakan memperingati hari Colombus, tampak pergerakan Yen Jepang berhasil berbalik rebound yang dikarenakan masih berlanjutnya respon negatif para investor pada pernyataan Fedral Reserve yang masih mempertahankan suku bunga bank sentral AS, meskipun disaat yang bersamaan Jepang ditutup libur dalam memperingati hari kesehatan dan olehraga nasiional. Masih bertahannya kebijakan moneter Jepang dengan pembelian obligasi tahunan sebesar ¥ 80 triliun untuk menopang perekonomian dalam negeri yang saat ini sedang tumbuh moderat dan sesuai pada jalur pertumbuhan, tampak berhasil membangkitkan pergerakan Yen Jepang selama tiga sesi perdagangan dengan mencapai level terendahnya pada posisi ¥ 118.07, namun harus berbalik retreat yang dikarenakan laju pertumbuhan inflasi dalam AS yang secara mengejutkan berhasil menunjukan pertumbuhan menjadi 1.9%, dari hasil rilis sebelumnya pada 1.8%, sehingga memberikan kekhawatiran bagi para investor akan kepastian The Fed dalam kebijakan suku bunga, yang dikarenakan The Fed memfokuskan pada target pertumbuhan inflasi sebesar 2% untuk menaikan suku bunga acuannya.

Sepanjang pekan keempat hingga pekan kelima, Yen Jepang tampak tidak mampu terbebas dari tekanan kuat dollar AS dan buruknya data dalam negeri, dimana kinerja ekspor dalam negeri secara mengejutkan menunjukan pertumbuhan yang melambat mejadi 0.6% dari hasil rilis sebelumnya pada 3.1%, dengan harapan akan terjadinya peningkatan kinerja ekspor menurut para ekonom sebesar 3.4%, sedangkan sentimen AS yang memberatkan Yen Jepang adalah lonjakan kinerja Housing Starts bulanan AS dibulan September yang menjadi 6.5% dari hasil rilis sebelumnya pada -1.7%, data Existing Home Sales AS bulan September yang melesat menjadi 4.7%, dari hasil rilis sebelumnya pada -5%, meskipun Yen Jepang diakhir bulan mencoba berbalik rebound dengan memanfaatkan negatifnya data New Home Sales September yang merosot menjadi 468K dari hasil rilis sebelumnya pada 529K, serta pernyataan The Fed Janet Yellen yang masih mempertahankan suku bunga acuannya pada 0.25%.

Disepanjang bulan Oktober yang lalu, laju indeks Nikkei berhasil mencatatkan lonjakan saham sebesar 1.694,95 poin atau 8.89%, dengan menjadi 19.083,10 poin dari posisi penutupan diakhir bulan September yang lalu pada posisi 17.388,15 poin serta berhasil mencatatkan lonjakan saham tertinggi diakhir bulan Oktober pada posisi 19.202,34 poin dan pelemahan terbesarnya pada posisi 17.389,57 poin. Demikian juga dengan pergerakan indeks berjangka Nikkei dibulan Oktober, yang berhasil mencatatkan penguatan sebesar 1.625 poin atau 8.58%, dengan menjadi 18.935 poin dari posisi penutupan diakhir bulan September yang lalu pada posisi 17.310 poin, serta berhasil mencatatkan lonjakan saham terbesar dibulan Oktober pada posisi 19.215 poin serta pelemahan terbesarnya pada posisi 17.250 poin.

Saham penguat sepanjang bulan Oktober adalah saham Sony, saham Toshiba, saham Panasonic, saham Sharp, saham Mitsubishi Corporation, saham Mitsubishi Electric, saham Mitsubishi Motor, saham Honda Motor, saham Toyota Motor, saham Isuzu Motor, saham Suzuki Motor, saham Kawasaki Heavy Industries, saham Nippon Telephone & Telegraph.

Diperdagangan bursa saham Jepang dipekan pertama November nanti, diperkriakan para investor akan menantikan akan hasil rilis data Nikkei Manufacturing PMI, data Consumer Confidence, data BOJ Monetary Policy Meeting Minutes, pidato Gubenur Bank of Japan Gov Kuroda, data Coincidet Index, dan data Leadning Economic Index.

Menengok pada hasil penutupan bursa saham Jepang diakhir pekan kelima Oktober yang lalu, secara teknikal dimana garis MA5 yang berhasil menembus teritori tengah menuju atas serta pada indikator Stochastic weekly yang menunjukan adanya indikasi penguatan lanjutan diperdagangan selanjutnya, maka Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bahwa pergerakan indeks Nikkei dipekan pertama November nanti akan memiliki pergerakan range normal dengan level resistance pertama pada posisi 19.205 poin dengan MA5 atas BB10 weekly dan resistance kedua pada posisi 19.475 poin dengan MA5 atas BB10 weekly, serta level support pertama pada posisi 18.600 poin dengan MA5 tengah BB10 weekly, dan support kedua pada posisi 18.200 poin dengan MA5 tengah BB10 weekly.

 

Hendri Timotius/ VMN/VBN/ Analyst-Vibiz Research Center
Editor: Jul Allens

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here