Dalam 12 Bulan Harga Makanan Naik, Inflasi Jepang Terbaik Dalam 4 Bulan

1104

Ekonomi Jepang yang alami resesi pada kuartal yang berakhir bulan September, sepanjang tahun ini inflasi berhasil naik diatas nol persen pada bulan Oktober lalu. Namun jika dirinci, untuk tingkat harga konsumen diluar harga makanan segar masih deflasi namun diluar makanan dan energi kenaikan inflasi menurun dari bulan sebelumnya.

Kementrian Dalam Negeri dan Komunikasi Jepang pagi ini  (27/11) melaporkan bahwa laju inflasi Jepang untuk periode yang berakhir pada bulan Oktober  2015 tercatat naik  sebesar 0,3 persen setelah bulan sebelumnya di posisi o persen. 

Masih tertahannya laju inflasi Negari Sakura ini pada kisaran nol persen dilansir terjadi karena terkena dampak dari murahnya harga minyak saat ini. Dengan demikian maka hingga bulan lalu semakin jelas terlihat bahwa laju inflasi Jepang masih  menjauhi target inflasi yang sudah dipatok oleh BoJ yaitu sebesar 2 persen. Dapat dilihat data laju inflasi Jepang dalam kurun setahun terakhir pada gambar dibawah ini:

Japan Inflation Rate

Secara rinci dalam publikasi pemerinth Jepang tersebut tercatat bahwa inflasi harga konsumen jika tidak termasuk harga makanan segar pada bulan Oktober  bukukan pertumbuhan yang negatif yaitu sebesar -0,1 persen jika dibanding dengan Oktober 2014, penyusutan inflasi atau deflasi ke fase negatif ini merupakan yang kedua  kali setelah terakhir kali tercatat pada April 2013. Dan jika tidak termasuk harga makanan dan energi inflasi naik ke posisi 0,7 persen, posisi yang lebih rendah dari tahun lalu di posisi 0,9 persen.

Di Jepang sepanjang 12 bulan terakhir menurut data diatas, harga makanan naik  lebih tinggi  3,4 persen, dibandingkan dengan pertumbuhan 2,2 persen pada September. Sementara itu  harga bahan bakar, tarif listrik  dan air  turun 7 persen, melambat dari penurunan 7,1 persen di bulan sebelumnya demikian juga harga transportasi dan komunikasi  jatuh 3,3 persen.

Kenaikan harga juga terjadi pada barang-barang furniture dan peralatan rumah tangga (1,9 persen); pakaian dan alas kaki (1,7 persen); biaya pendidikan (1,5 persen). Sebaliknya,

Analyst Vibiz Research Center melihat tingkat inflasi ini masih sangat jauh dari target bank sentral sehingga semakin menekan bank tersebut untuk mengamankan moneter pasca resesi yang dialami negara ekonomi terbesar kedua Asia ini. Karenanya laju inflasi negara ini harus terus digenjot dengan menaikkan upah buruh yang signifikan.

 

 

 

H Bara/VM/VBN/ Analyst at Vibiz Research Center
Editor: Asido Situmorang

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here