Moody’s menurunkan prospek kredit pemerintah Tiongkok menjadi “negatif” dari “stabil” pada hari Rabu (02/03), dengan mempertimbangkan ketidakpastian kemampuan pemerintah untuk melaksanakan reformasi ekonomi, meningkatnya utang pemerintah dan jatuhnya cadangan.
“Tanpa reformasi yang kredibel dan efisien, pertumbuhan GDP Tiongkok akan lebih melambat dengan beban utang yang tinggi menghambat investasi bisnis dan perubahan demografi semakin tidak menguntungkan. Utang Pemerintah akan meningkat lebih tajam daripada saat kita harapkan,” kata Moody’s dalam sebuah catatan pada hari Rabu.
Lihat : Aktifitas Sektor Manufaktur Tiongkok Turun Tajam
Moody’s mengatakan komite rating telah membahas status Tiongkok pada pertemuan pada 9 Februari, di mana dilakukan review atas kekuatan kelembagaan dan fiskal negara, serta kerentanan terhadap program risiko.
Badan itu mengatakan penurunan kredit didorong oleh perkiraan bahwa kekuatan fiskal Tiongkok akan terus menurun, dan penurunan cadangan devisa yang telah menyusut $ 762 miliar selama 18 bulan terakhir.
“Intervensi dalam ekuitas dan kurs pasar selama tahun lalu menunjukkan bahwa kepastian stabilitas keuangan dan ekonomi juga merupakan tujuan, tetapi lebih besar lagi ketidakpastian tentang prioritas kebijakan,” kata Moody’s.
Moody’s, bagaimanapun, tetap mempertahankan peringkat Aa3 pada Tiongkok, mencatat cadangan yang cukup besar di negara itu memberikannya waktu untuk melaksanakan reformasi dan secara bertahap mengatasi ketidakseimbangan ekonomi. Tapi memperingatkan lebih lanjut bisa menurunkan peringkat Tiongkok jika terjadi perlambatan reformasi yang dibutuhkan untuk mendukung pertumbuhan yang berkelanjutan dan untuk melindungi neraca pemerintah.
Moody’s menyatakan alasan utama untuk menurunkan prospek adalah adanya jumlah besar kewajiban kontinjensi seperti utang perusahaan milik negara ‘, utang pemerintah daerah, dan utang besar “kebijakan” bank-bank Tiongkok – Agricultural Development Bank of China, China Development Bank, and the Export-Import Bank of China.
Sementara Moody’s menempatkan utang pemerintah hanya 40,6 persen dari PDB pada akhir 2015, Standard & Poor memperkirakan pada bulan Juli bahwa utang perusahaan sudah meningkat menjadi 160 persen dari PDB pada tahun 2014, dua kali lipat dari Amerika Serikat dan naik dari hanya 120 persen pada tahun 2013.
Tingginya dan meningkatnya utang di perusahaan milik negara meningkatkan risiko baik perlambatan tajam dalam pertumbuhan ekonomi, seperti hutang menahan pengeluaran lainnya, atau penurunan kualitas aset Bank, kata Moody’s.
Freddy/VMN/VBN/Analyst Vibiz Research Center
Editor : Asido Situmorang