Penjualan ritel Inggris jatuh pada bulan Februari karena cuaca dingin menunda pembelian pakaian musim semi dan musim panas, demikian Kantor Statistik Nasional Inggris mengungkapkan pada hari Kamis (24/03).
Penjualan ritel turun 0,4% secara bulanan pada bulan Februari, mengalahkan perkiraan untuk penurunan 1,0%, setelah naik paling tinggi lebih dari dua tahun pada bulan Januari.
“Pembeli cenderung ketat setelah penjualan Januari, namun kekhawatiran lebih dalam seputar Brexit mungkin bisa membuat mereka berpikir dua kali sebelum belanja,” kata Dennis de Jong, managing director di UFX.com.
Namun, dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu penjualan ritel melonjak 3,8% pada bulan Februari, melebihi estimasi naik 3,5%, karena inflasi yang rendah dan peningkatan lapangan kerja yang didukung belanja konsumen.
Chris Williamson, kepala ekonom dari Markit, mengatakan bukannya didorong oleh harga yang rendah, Bank of England ingin melihat peningkatan permintaan yang memungkinkan pengecer untuk mendorong harga ke tingkat yang lebih besar. BoE menargetkan 2% inflasi namun data pada hari Selasa menunjukkan indeks harga konsumen tidak berubah di 0,3% pada bulan Februari.
Williamson menambahkan ada peningkatan tanda-tanda bahwa pendapatan rumah tangga tumbuh lambat, yang dapat membebani pengeluaran dalam beberapa bulan mendatang. “Meskipun hasil kerja yang tinggi, pertumbuhan pembayaran tetap sedikit mengecewakan,” katanya.
Tidak termasuk bahan bakar, penjualan ritel turun 0,2% pada Februari dari bulan lalu, namun melonjak 4,1% pada tahun ini. Analis telah memperkirakan 1,0% jatuh pada bulanan dan kenaikan 3,4% pada tahun ini, tidak termasuk bahan bakar.
Freddy/VBN/VMN/Analyst Vibiz Research Center
Editor : Asido Situmorang
