Anjloknya imbal hasil obligasi Amerika Serikat ke posisi terburuk sejak bulan November lalu masih menjadi pemicu anjloknya dollar AS terhadap banyak rival utamanya, sehingga menambah tenaga rally GBPUSD hingga perdagangan sesi Eropa akhir pekan (13/1). Laju poundsterling akhir pekan ini menghiraukan lemahnya fundamental mata uang negara Inggris ini.
Kurs pound Inggris memiliki beban yang berat untuk melaju oleh sentimen hard brexit, apalagi pekan depan PM Inggris Theresa May dijadwalkan akan umumkan langkah pemerintahnya untuk keluar dari UE. Selain itu pekan ini juga Theresa May sempat menyatakan akan menjalin kerjasama dengan Eropa setelah keluar dari UE.
Sentimen positif sore ini datang dari pernyataan hawkish dari seorang pejabat BOE Saunders yang menyatakan pelemahan poundsterling akan mengangkat tingkat inflasi ke atas level 2 persen. Selain itu laporan kredit BOE untuk periode Q4 2016 menyebutkan peningkatan kredit pada periode tersebut.
Lihat: Nasib Buruk Dollar AS Akhir Pekan Ini Semakin Kuat
Pergerakan kurs pound di sesi Eropa (18:00:27 WIB) masih di area bullish terhadap dollar AS, setelah dibuka lebih rendah dari perdagangan sebelumnya pada posisi 1.2159 pada sesi Asia (00.00 GMT), kini kurs pound bergerak di posisi 1.2211 setelah sempat capai posisi tertinggi pada 1.2231 dan terendah di 1.2210.
Analyst Vibiz Research Center melihat gerak pair GBPUSD selanjutnya akan naik kembali ke kisaran 1.2246-1.2285, namun jika terjadi koreksi pair dapat turun kembali ke kisaran 1.2128– 1.2099.
Joel/VBN/VMN/Analyst Vibiz Research Center Editor : Asido Situmorang