(Vibiznews – Forex) Euro naik tipis untuk hari kedua berturut-turut pada akhir perdagangan Kamis dinihari (23/11) karena investor melihat runtuhnya koalisi Jerman tidak akan berdampak pada prospek positif ekonomi Eropa.
Namun, pasar mata uang terjebak dalam kisaran ketat dalam liburan singkat minggu ini di Amerika Serikat dan dengan tidak adanya data utama minggu ini.
Liburan minggu Thanksgiving membuat pasar sedikit lebih sepi dari biasanya dan pasar mata uang akan menanti-nantikan risalah rapat ECB pada hari Kamis, demikian kata analis.
Pada hari Kamis, Bank Sentral Eropa mengeluarkan risalah pertemuan kebijakan moneter Oktober mereka dan Ketua SNB Jordan memberikan pidato mengenai surplus akun berjalan tinggi Swiss dan pengaruhnya terhadap kebijakan moneter.
Euro naik 0,1 persen pada Rabu menjadi $ 1,1747 melawan dolar dan tidak jauh dari level tertinggi satu bulan di $ 1,1862 yang terjadi pada Rabu lalu.
Keuntungan euro juga didukung oleh kecenderungan umum pelemahan dolar secara luas karena pelemahan imbal hasil A.S.
Indeks dolar terhadap sekeranjang enam mata uang utama turun 0,1 persen pada 93,86.
Indeks turun kembali dari level tertinggi satu minggu di 94.165 semalam setelah sebuah reli yang dipicu awal pekan ini oleh euro yang kendur terhenti karena imbal hasil Treasury A.S. terus berlanjut beringsut lebih rendah.
Dengan pernyataan Ketua Federal Reserve AS Janet Yellen tidak menawarkan petunjuk tegas mengenai kebijakan moneter di ekonomi terbesar dunia ini, prospek jangka pendek dolar masih belum pasti.
Yellen terjebak oleh perkiraannya bahwa inflasi A.S. akan segera pulih namun pada hari Selasa menawarkan sebuah peringatan yang sangat kuat: dia “sangat tidak pasti” mengenai hal ini dan terbuka terhadap kemungkinan bahwa harga bisa tetap rendah selama bertahun-tahun yang akan datang.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan dolar AS akan bergerak lemah memasuki Liburan Thanksgiving, dan Euro menguat dengan meredanya kekuatiran gejolak politik di Jerman.
Asido Situmorang/VMN/VBN/Editor & Senior Analyst Vibiz Research Center