(Vibiznews – Index) – Pasar Asia jatuh pada awal perdagangan Rabu setelah Pyongyang membatalkan hasil pembicaraan dengan Seoul, mendorong KTT Korea Utara dengan AS menjadi dipertanyakan dan lonjakan pada imbal hasil Treasury AS 10-tahun ke level tertinggi tujuh tahun yang akan memicu sentimen negatif di Wall Street.
Indeks MSCI Asia Pasifik di luar Jepang, turun 0,1 persen.
Data ritel AS yang moderat dan data pabrik pada hari Selasa mendorong imbal hasil Treasury AS 0-tahun melewati level kuncinya 3,095, tertinggi sejak Juli 2011. Kenaikan imbal hasil ini akan menekan pasar saham AS di tengah kekhawatiran dampaknya pada melemahnya valuasi saham.
Saham Asia berada di bawah tekanan setelah Korea Utara membatalkan pembicaraan tingkat tinggi dengan Seoul, yang mengecam latihan militer antara Korea Selatan dan Amerika Serikat, yang melanggar dari beberapa bulan pelonggaran hubungan di semenanjung itu.
Hal ini telah menimbulkan kekhawatiran tentang KTT yang direncanakan antara Presiden AS Donald Trump dan mitranya, pemimpin Korea Utara, Kim Jong Un yang dijadwalkan bulan depan
KOSPI Korea Selatan bergerak 0,4 persen lebih rendah, Nikkei Jepang, N 225 turun 0,3 persen dan saham Australia naik 0,1 persen.
Indeks Selandia Baru S & P / NZX 50 turun sekitar 1,4 persen setelah sebelumnya jatuh sebanyak 2,3 persen, setelah pendapatan perusahaan susu A2 Milk Ltd anjlok lebih buruk dari ekspektasi analis, membuat harga saham ini menuju tiga bulan rendah.
Di Amerika Serikat, pertumbuhan yang lebih kuat dan potensi inflasi yang terus meningkat telah menambah harapan bahwa Federal Reserve AS dapat bergerak untuk menaikkan suku bunga pada kecepatan yang lebih cepat.
Imbal hasil Treasury AS 10-tahun terakhir berada di 3,0686 persen.
Di Wall Street, Dow Jones Industrial Average DJI ditutup turun 193,00 poin, atau 0,78 persen, ke 24,706.41, S & P 500 kehilangan 18,68 poin, atau 0,68 persen, ke 2,711.45 dan Nasdaq Composite .IXIC turun 59,69 poin, atau 0,81 persen , hingga 7, 351,63.
Selasti Panjaitan/VBN/Coordinating Partner Vibiz Consulting Group
Editor : Asido Situmorang