(Vibiznews – Forex) – Permintaan pasar akan dolar AS di tengah liburnya pasar keuangan negeri tersebut pada hari Senin (08/10) malam terus bertambah setelah sempat pada sesi Asia masih bearish melanjutkan pergerakan akhir pekan lalu yang tidak menguntungkan. Meningkatnya pergerakan dolar di pasar spot sebagai aksi bargain hunting pasar menimbang buruknya kondisi pasar saham serta mantapnya data makro terakhir yang dirilis pekan lalu.
Sekalipun ditutup melemah akhir pekan lalu, dolar tetap naik setengah persen pekan lalu, menandai kenaikan minggu kedua berturut-turut karena sentimen hedge fund meningkatkan kepemilikan dolar mereka sebesar $3,4 miliar menjadi $28,7 miliar minggu lalu, terbesar sejak akhir Desember 2016.
Indeks dolar yang mengukur kekuatan dolar terhadap 6 mata uang utama, dibuka lebih rendah ke 95.61 setelah perdagangan sebelumnya anjlok di posisi 95.70. Kini indeks bergerak kuat 0,30% ke posisi 95.88 setelah sempat disesi Eropa mencapai 96.03.
Terhadap rival-rivalnya, euro turun seperempat persen menjadi $ 1,15 dan mendekati terendah $ 1,1463, terendah sejak 20 Agustus 2018imbas kenaikan segar imbal hasil obligasi Italia membebani pikiran investor. Kemudian poundsterling turun 0,4 persen menjadi $ 1,3077 karena pasar fokus pada setiap terobosan substansial dalam negosiasi Brexit Inggris bergerak lebih dekat ke kesepakatan keluar dengan Uni Eropa.
Akhir pekan lalu dolar hanya menguat terhadap mata uang komoditas (CAD, AUD dan NZD) bahkan lebih kuat signifikan terhadap CHF. Namun dolar terpukul oleh rival lainnya seperti terhadap yen, euro dan juga poundsterling. Pound Inggris mendapat perhatian khusus pasar sehingga bullish cukup tinggi hingga 0,61 persen menerima sentimen rumor Brexit. Lemahnya dolar pada akhir pekan karena kehilangan momentum data NFP yang mengecewakan dengan penambahan 130.000 dan bukan 188.000 yang diperkirakan.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Editor: Asido Situmorang