(Vibiznews – Index) Bursa Saham Asia merosot pada Senin sore (15/10) terpicu kehati-hatian investor menyusul kemerosotan saham global pada minggu sebelumnya.
Bursa saham di wilayah China Raya merosot. Indeks Hang Seng di Hong Kong turun 1,38 persen pada 25445.06.
Indeks Shanghai juga tergelincir 1,49 persen menjadi ditutup pada sekitar 2,568.10, terendah sejak November 2014. Sedangkan indeks Shenzhen turun 1,18 persen untuk mengakhiri hari perdagangan di sekitar 1,281,08.
Kemerosotan di China datang karena persyaratan cadangan baru bagi pemberi pinjaman mulai berlaku, dalam tindakan Bank Rakyat China yang diperkirakan akan menyuntikkan 750 miliar yuan (sekitar $ 108,4 miliar) ke dalam sistem perbankan.
Di Jepang, indeks Nikkei 225 turun 1,87 persen menjadi ditutup pada 22.271,30, sedangkan indeks Topix tergelincir 1,59 persen pada 1,675.44, dengan sebagian besar sektor mengakhiri hari perdagangan lebih rendah.
Sementara itu, indeks Kospi Korea Selatan juga mengalami kerugian 0,77 persen menjadi ditutup pada 2.145,12, dengan saham kapital besar Samsung Electronics tergelincir 0,45 persen dan pembuat chip SK Hynix jatuh 2,9 persen.
Di Australia, indeks ASX 200 turun sekitar 1 persen untuk mengakhiri hari perdagangan di 5,837.1 dengan sebagian besar sektor lebih rendah. Subindex keuangan jatuh 1,62 persen karena saham perbankan utama mengalami kerugian. Saham Commonwealth Bank turun 2,09 persen, ANZ turun 1,85 persen, Westpac lebih rendah 1,59 persen dan National Australia Bank turun 1,58 persen.
Softbank melihat sahamnya anjlok lebih dari 7,2 persen pada Senin karena kekhawatiran hubungan perusahaan dengan Arab Saudi, yang berada di bawah tekanan yang meningkat secara internasional menyusul hilangnya seorang wartawan terkemuka yang merupakan seorang pengritik pemerintah.
Wartawan Arab Saudi dan warga AS, Jamal Khashoggi, telah hilang sejak ia terakhir terlihat memasuki konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober. Arab Saudi membantah terlibat dalam hilangnya Khashoggi.
Pada minggu sebelumnya, saham-saham merosot secara global karena para investor mengkhawatirkan kenaikan suku bunga, valuasi teknologi dan kekhawatiran tentang kemungkinan perlambatan ekonomi. Indeks Dow Jones dan S & P 500 mengakhiri minggu dengan penurunan lebih dari 4 persen, sementara indeks Nasdaq membukukan kerugian mingguan 3,7 persen.
Ketegangan perdagangan antara AS dan China tetap menjadi fokus bagi investor. Pada hari Minggu, gubernur bank sentral China Yi Gang mengatakan Bank Rakyat China masih memiliki “banyak instrumen moneter” dan “ruang untuk penyesuaian” untuk melawan dampak perang dagang.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bursa Asia akan mencermati pergerakan bursa Wall Street yang berpotensi naik jika data Retail Sales September AS terealisir meningkat.
Asido Situmorang, Senior Analyst, Vibiz Research Center, Vibiz Consulting Group