(Vibiznews – Forex) – Setelah dibuka lebih rendah pada awal perdagangan sesi Asia hari Senin (19/11),membukukan penurunan mingguan terbesar dalam dua bulan pekan lalu karena investor tumbuh hati-hati tentang prospek jangka pendek dolaar setelah komentar dovish para pejabat AS.
Terhadap pesaingnya, dolar bergerak di 96,22 setelah jatuh hampir setengah persen pekan lalu, penurunan mingguan terbesar sejak akhir September. Dolar telah menjadi pemenang kejutan 2018, setelah naik hampir 10 persen dari posisi terendah April berkat kombinasi kenaikan suku bunga dan data ekonomi yang kuat.
Ambruknya dolar pada akhir perdagangan pekan lalu mendapat tekanan dari komentar dovish pejabat Fed. Richard Clarida sebagai wakil ketua Fed yang baru diangkat memperingatkan tentang perlambatan pertumbuhan global, selain itu Presiden Federal Reserve Bank of Dallas Robert Kaplan mengatakan terpantau perlambatan pertumbuhan di Eropa dan Cina.
Komentar tersebut menyebabkan pasar mempertanyakan apakah reli dolar mendekati akhir, dengan imbal hasil obligasi tenor 10 tahun akhir pekan lalu alami penurunan yang tipis dengan penurunan 0,01%. Pasar meragukan apakah Fed akan melanjutkan pengetatan kebijakannya yang selama ini dengan rutin dilakukan.
Data kepemilikan Treasury AS terbaru juga membebani dolar. China dan Jepang, dua kreditor asing terbesar AS, memotong kepemilikan Treasury AS lebih lanjut pada bulan September karena selera asing terhadap Treasuries menurun.
Melihat pergerakan rivalnya dolar, euro gagal rally secara signifikan di atas level $ 1,14 karena kekhawatiran atas negosiasi antara Brussels dan Roma atas rencana anggaran Italia. Di tempat lain, poundsterling tetap dalam sorotan dengan mata uang yang diperkirakan akan tetap di bawah tekanan sampai pasar mendapat kejelasan lebih lanjut tentang kemajuan kesepakatan Brexit.
Indeks dolar yang mengukur kekuatan dolar AS terhadap 6 mata uang utama lainnya dibuka pada awal sesi Asia pagi pada posisi 96.43 dan kini sedang bergerak bearish ke kisaran 96.25.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Group Editor: Jul Allens