(Vibiznews – Index) – Kondisi perdagangan saham di bursa saham Amerika semakin parah hingga ditutup anjlok signifikan pada akhir perdagangan NYSE di Wall Street beberapa saat lalu hari Rabu (08/05), yang dipicu aksi jual saham merespon naiknya tensi ketegangan perang dagang AS-China.
Indeks Dow Jones turun 473,39 poin, atau 1,79%, menjadi 25.965,09 setelah anjlok sebanyak 648,77 poin pada level terendah hari itu. Posisi penurunan tersebut merupakan terbesar sejak 3 Januari. Sementara itu indeks S&P 500 turun 1,65% menjadi 2.884,05. dan Nasdaq Composite turun 1,96% menjadi 7.963,76. Semua saham dalam komponen Dow Jones anjlok dan semua saham sektor S&P diperdagangkan lebih rendah .
Tekanan jual yang cukup besar di Wall Street terjadi setelah berita Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer mengkonfirmasi rencana AS untuk menaikkan tarif barang-barang China senilai $200 miliar menjadi 25 persen pada hari Jumat. Konfirmasi batas waktu Jumat mungkin telah menghancurkan kepercayaan bahwa ancaman dari Trump hanyalah taktik negosiasi.
Namun Menteri Keuangan Steven Mnuchin mencatat AS akan mempertimbangkan kembali menaikkan tarif jika negosiasi kembali ke jalurnya selama putaran pembicaraan berikutnya akhir pekan ini.
Secara sektoral, saham-saham bioteknologi bergerak turun tajam selama sesi perdagangan, menyeret Indeks Bioteknologi Arca NYSE turun 3,5 persen ke level penutupan empat bulan terendah. Saham Regeneron Pharmaceuticals (REGN) membukukan kerugian curam setelah perusahaan biofarmasi melaporkan hasil kuartal pertama yang lebih lemah dari yang diharapkan.
Kelemahan signifikan juga terlihat di antara saham semikonduktor, sebagaimana tercermin oleh penurunan 2,4 persen oleh Philadelphia Semiconductor Index. Saham-saham kimia juga melihat kelemahan yang cukup besar dengan S&P Chemical Sector Index anjlok 2,4 persen ke level penutupan terendah dalam lebih dari sebulan. Demiiian saham perangkat lunak, farmasi, transportasi dan perbankan juga bergerak negatif.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Editor: Asido Situmorang