(Vibiznews – Index) – Tekanan penjualan saham yang terjadi pada bursa saham Amerika berlanjut di perdagangan bursa saham utama Asia hari Rabu (29/05), dimana mayoritas bursa alami kerugian yang cukup signifikan. Namun pergerakan sebaliknya sedang terjadi pada perdagangan saham Indonesia yang bergerak sangat kuat.
Bursa saham China daratan yang lemah sejak awal perdagangan, kini indeks komposit Shanghai anjlok 0,11%, dan komposit Shenzhen turun 0,2%. Demikian juga dengan indeks Hang Seng di bursa saham Hong Kong jeblok hingga turun 0,40%.
Di bursa saham Jepang, indeks Nikkei 225 alami profit taking dengan penurunan 1,18% yang mendapat tekanan dari anjloknya saham-saham eksportir utama dan juga saham toko ritel FamilyMart turun lebih dari 5%. Turunnya saham eksportir utama merespon posisi yen Jepang sedang menguat terhadap dolar AS.
Di bursa saham Korea Selatan, perdagangan yang dibuka anjlok parah terus tertekan hingga membuat indeks Kospi turun 1,14 persen. Tekanan indeks paling banyak oleh anjloknya saham unggulan seperti saham Samsung Electronics yang turun lebih dari 1,5% dan juga saham Hyundai anjlok lebih dari 2 persen.
Demikian kerugian juga terjadi di bursa saham kawasan Pasifik dengan bursa saham Australia anjlok di tengah kekhawatiran tentang ketegangan perdagangan AS-China. Indeks ASX 200 turun 60,10 poin atau 0,93 persen dengan tekanan anjloknya saham unggulan sektor perbankan dan tambang besar. Untuk bursa saham New Zealand, indeks NZX 50 turun 0,47 persen.
Namun untuk perdagangan bursa saham Indonesia di bursa Jakarta terpantau rebound dari tekanan sebelumnya, dengan indeks harga saham gabungan (IHSG) menguat 0,95 persen ke posisi 6092.05. Dukungan kuat indeks dipicu oleh lonjakan saham-saham unggulan sektor infrastruktur dan aneka industri.
Sentimen negatif pasar untuk perdagangan saham terjadi setelah kemerosotan dalam imbal hasil obligasi AS di tengah kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi global akibat perang perdagangan AS-Tiongkok. Selain itu laporan media juga mengindikasikan bahwa Tiongkok dapat mempertimbangkan untuk membatasi ekspor mineral tanah jarang, yang sangat penting bagi industri teknologi, ke AS.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Editor: Asido Situmorang



