Perang Dagang Lanjutan Memicu Resesi Global 3 Kuartal Depan, Riset Morgan Stanley

773

(Vibiznews – Economy) – Morgan Stanley, investment bank global dari Amerika, merilis riset terbarunya yang menyatakan bahwa investor disebutkan telah mengabaikan ancaman yang ditimbulkan oleh perang dagangn AS-China, yang dapat mengirimkan ekonomi global ke dalam resesi dalam waktu kurang dari setahun, demikian catatan penelitian yang diterbitkan Minggu dan dilansir CNBC (02/06).

“Investor umumnya berpandangan bahwa sengketa perdagangan dapat berlarut-larut lebih lama, tetapi mereka tampaknya mengabaikan dampak potensialnya pada prospek makro global,” tulis Chetan Ahya, chief economist bank global ini.

Presiden Donald Trump bulan lalu telah menaikkan tarif produk-produk China senilai $200 miliar dari 10% menjadi 25%. Pejabat A.S. juga mengancam akan mengenakan tarif pada $300 miliar impor Tiongkok yang tersisa.

Ahya mencatat bahwa dampak dari perang perdagangan saat ini “sangat tidak pasti” tetapi memperingatkan bahwa jika AS melanjutkan dengan tarif 25%  untuk tambahan impor China, “Kita bisa menghadapi resesi dalam tiga kuartal ke depan.”

“Apakah prediksi ini terlalu suram? Kami berpikir sebaliknya,” tulis Ahya.

Secara khusus, investor tidak sepenuhnya memahami efek dari pengurangan belanja modal, yang dapat menyebabkan penurunan demand global, tambahnya.

Sementara para pembuat kebijakan cenderung berusaha membendung dampak perang dagang, “mengingat adanya jarak waktu dari langkah-langkah kebijakan akan berdampak pada aktivitas ekonomi real, penurunan dalam pertumbuhan global tampaknya tidak terhindarkan,” menurut Ahya.

Pembicaraan antara AS dan China dewasa ini macet sementara kedua negara ekonomi terbesar itu saling membatasi perdagangan dan saling membalas melemparkan hukuman ekonomi.

Pasar telah merosot di tengah ketidakpastian perdagangan, dengan S&P 500 turun lebih dari 6% bulan lalu dan Dow, pada Jumat, mencatat pukulan beruntun terpanjangnya dalam delapan tahun terakhir.

Hantaman ke bursa ekuitas diperparah minggu lalu oleh ancaman Trump berupa tarif baru bagi Meksiko jika tidak mengambil tindakan baru untuk mencegah imigrasi illegal ke AS. Trump mengatakan AS akan menaikkan tarif pada impor Meksiko 5% pada 10 Juni.

Ancaman itu, yang disampaikan melalui Twitter pada Kamis malam lalu, telah mengirimkan indeks saham utama Amerika turun lebih dari 1% pada hari Jumat akhir pekan lalu, demikian dikutip dari CNBC (02/06).

 

Analis Vibiz Research Center melihat ancaman kemungkinan datangnya resesi global menjadi semakin terang, dengan riset dari Morgan Stanley ini. Yang jelas, sebelumnya datangnya resesi tersebut –yang semoga dapat dihindari atau setidaknya tertunda- pelambatan ekonomi global itu yang lebih dahulu mengancam. Barangkali, dengan memasukkan pertimbangan demikian juga, S&P pada akhir minggu lalu menaikkan peringkat utang Indonesia ke BBB, karena memandang Indonesia memiliki prospek pertumbuhan ekonomi yang tetap stabil dan mengesankan di tengah pelambatan global.

Peringatan ini, bagaimanapun, akan semakin membuat para penentu kebijakan makro Indonesia untuk lebih antisipatif terhadap ancaman tekanan dari global. Kapasitas ekonomoi domestik perlu dijaga dan diperkuat. Dalam jangka pendek, harapan lebih akan bertumpu kepada sirkulasi kekuatan ekonomi dalam negeri. Termasuk yang berpotensi kuat menghasilkan devisa, seperti sektor pariwisata.

 

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting Group

Editor: Asido

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here