(Vibiznews – Forex) – Di tengah perdagangan forex sesi Eropa hari Senin (24/06), posisi dolar AS masih lemah terhadap para rivalnya setelah mempertahankan penurunan mingguan terbesarnya dalam empat bulan pekan lalu karena bank sentral AS membuka pintu bagi kemungkinan penurunan suku bunga pada awal bulan depan.
Federal Reserve AS mengisyaratkan prospek dovish pada kebijakan moneter karena tanda-tanda pertumbuhan ekonomi global yang lemah.
Indeks dolar yang menunjukkan kekuatan dolar AS terhadap mata uang utama lainnya sedang melemah 0,21% dari penutupan sebelumnya ke posisi 96.01 setelah dibuka pada posisi 96,17 dan sempat berada di posisi di 96.20. Pekan lalu dolar AS sudah anjlok 1 persen lebih terhadap rivbal utamanya dan sekaligus penurunan mingguan terbesar sejak pertengahan Februari.
Jika Fed memulai siklus pemotongan suku bunganya, dolar akan lebih melemah lagi karena ruang yang dimiliki Amerika Serikat sangat relatif terhadap ekonomi lain di mana bank sentral sedikit lebih dibatasi untuk melonggarkan kebijakan.
Pasar obligasi memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 75 basis poin hingga akhir tahun, yang akan menekan kesenjangan antara imbal hasil obligasi AS sepuluh-tahun dan obligasi pemerintah Jerman yang sebanding, dimana saat ini pada 234 basis poin.
Investor sekarang memusatkan perhatian pada apakah Washington dan Beijing dapat menyelesaikan perang dagang mereka pada pertemuan puncak di Jepang akhir pekan ini. Karena menurut analyst Vibiz Research Center jika perundingan gagal melakukan gencatan senjata, maka The Fed akan dipaksa untuk memangkas suku bunga untuk mencegah perlambatan ekonomi yang semakin besar sebagai akibat dari kenaikan tarif impor AS.
Untuk perdagangan selanjutnya, analyst memperkirakan indeks dolar selanjutnya berpotensi terus alami pelemahan oleh sentimen diatas dengan bergerak ke posisi support 95.80 – 95.15. Namun jika terjadi pergerakan sebaliknya akan naik menemui posisi resisten 96.50 – 97.35.
Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Group Editor: Asido Situmorang