Tingkat Kemiskinan dan Ketimpangan di Indonesia Berlanjut Turun; Prestasi Ekonomi

1050

(Vibiznews – Economy) – Tingkat kemiskinan di Indonesia tercatat mengalami penurunan kembali, suatu berita baik di tengah stabilnya pertumbuhan ekonomi. Badan Pusat Statistik (BPS) baru saja merilis tingkat kemiskinan per Maret 2019 sebesar 9,41%, yang setara dengan 25,14 juta orang. Angka itu turun dari posisi September 2018, sebesar 9,66%. Jumlah orang miskin dengan demikian berkurang sebanyak 800.000 orang.

Kepala BPS Suhariyanto menyatakan “Jumlah penduduk miskin pada Maret 2019 sebesar 25,14 juta orang. Turun 0,80 juta orang (800.000 orang) terhadap September 2018,” katanya di Gedung BPS, Senin (15/7).

Menurut Kepala BPS, turunnya angka kemiskinan ini disebabkan adanya bantuan sosial dan juga beras rastra. Penurunan kemiskinan ini terjadi baik di desa dan kota. “Di pedesaan lebih cepat 0,25%, di kota turun 0,20% dari September-Maret 2019,” terang Suhariyanto.

Tidak hanya tingkat kemiskinan yang turun, Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat penurunan pada tingkat ketimpangan pengeluaran atau gini rasio penduduk Indonesia pada 2019.

Pada Maret 2019 gini rasio sebesar 0,382, turun dibandingkan ketimpangan pada September 2019 sebesar 0,384 dan turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 0,389.

“Ini ukuran jangka panjang untuk menurunkan dan butuh effort luar biasa. Tapi kita lihat disini progressnya luar biasa,” ujar Kepala BPS (15/7).

Jika dirinci berdasarkan daerah, gini rasio di perkotaan per Maret 2019 sebesar 0,393 turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 0,402. Sedangkan, gini rasio di pedesaan per Maret 2019 sebesar 0,317 turun 0,007 dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar 0,324.

 

Analis Vibiz Research Center melihat bahwa penurunan tingkat kemiskinan dan gini rasio merupakan suatu prestasi pemerintah Presiden Jokowi yang konsisten menekan sejumlah masalah penyakit ekonomi, seperti kemiskinan, ketimpangan, dan pengangguran. Turunnya indikator ketimpangan di tengah ekonomi domestik yang masih bertumbuh stabil itu harus diakui sebagai tidak mudah upaya dan strateginya. China saja, misalnya, baru saja merilis angka pertumbuhan ekonominya yang semakin merosot, ke posisi 27 tahun terendahnya. Prestasi ekonomi kita ini layak diberi ucapan selamat. Kembali.

 

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting

Editor: Asido

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here