Review Forex: Poundsterling dan Yen Miliki Kekuatan Baru Kalahkan Dolar AS

1995

(Vibiznews – Forex) – Mengakhiri perdagangan forex sesi Amerika Rabu (28/08) dinihari, dolar AS melemah tipis secara indeks dan juga terhadap beberap rival utamanya khsususnya terhadap poundsterling. Dolar terpukul dengan berita yang membuat panas kembali perang dagang AS-China setelah sempat perdagangan sebelumnya optimis.

Presiden Donald Trump telah mengklaim para pejabat tinggi China menyerukan dimulainya kembali perundingan perdagangan, tetapi juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang terus mengatakan dia belum mendengar adanya panggilan baru-baru ini. Geng mengatakan kepada wartawan pada konferensi pers  bahwa China berharap AS akan kembali ke rasionalitas, menghentikan praktik yang salah dan menciptakan kondisi bagi kedua belah pihak untuk melanjutkan pembicaraan berdasarkan saling menghormati.

Indeks dolar yang menunjukkan kekuatan dolar AS terhadap rival utamanya  ditutup melemah 0,07 persen dari penutupan sebelumnya ke 98.01 dan sempat turun ke 97.86. Perdagangan sebelumnya dolar AS ditutup sangat kuat oleh optimis negoisasi perang dagang yang berada di kisaran  98.05.

Dolar AS hanya melemah terhadap terhadap poundsterling dan juga yen Jepang, dimana terhadap pound sempat terjun ke posisi terendah hampir 1 bulan. Pound dalam pair GBPUSD menguat ke posisi 1.2287 dari perdagangan sebelumnya di 1.2214.

Poundsterling menguat  setelah para pemimpin partai-partai oposisi Inggris  sepakat untuk bertindak bersama untuk mencoba dan mencegah Brexit tanpa kesepakatan, termasuk kemungkinan meloloskan undang-undang Brexit.

Melawan yen Jepang, dolar AS melemah ke posisi 105.75 oleh kuatnya perdagangan aset  safe-haven. Yen perdagangan sebelumnya anjlok ke posisi  106,13 yen. Namun terhadap euro, dolar naik 0,11% pada 1,1089.

Untuk berita ekonomi yang juga turut melemahkan dolar AS yaitu laporan dari Conference Board, yang mengatakan indeks kepercayaan konsumen turun menjadi 135,1 pada Agustus setelah melonjak hingga 135,8 pada Juli.

Selain itu juga dari sisi perdagangan obligasi,  kurva imbal hasil antara yield obligasi sepuluh tahun dan dua tahun membalik ke level terburuk sejak 2007 yang menyebabkan kekhawatiran baru tentang resesi yang menjulang.

 

Jul Allens/ Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting Group
Editor: Asido Situmorang 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here