Peringatan IMF: Pertumbuhan Ekonomi Global Tahun Ini yang Terlemah Sejak Krisis 2008

733
Pertemuan Musim Semi IMF-WB 2023: Perlunya Global Policy Agenda

(Vibiznews – Economy) – The International Monetary Fund (IMF) kembali menurunkan prospek pertumbuhan ekonomi dunia, dengan prediksi bahwa pertumbuhan tahun 2019 ini adalah yang terlemah sejak krisis keuangan tahun 2008 terutama karena meluasnya konflik global.

Outlook Ekonomi Dunia terbaru dari IMF memperkirakan akan terjadi sedikit rebound pada tahun 2020, tetapi juga memperingatkan adanya ancaman, mulai dari meningkatnya ketegangan politik di Timur Tengah hingga ancaman bahwa Amerika Serikat dan China akan gagal mencegah eskalasi perang dagang mereka, demikian dilansir dari Time Selasa (15/10).

Perkiraan terbaru yang dirilis Selasa disiapkan untuk pertemuan musim gugur minggu ini dari 189 negara IMF dan Bank Dunia. Pertemuan-pertemuan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral dari 20 ekonomi terbesar dunia itu diharapkan akan didominasi oleh upaya-upaya untuk meredakan tensi perang dagang.

Proyeksi baru ini memprediksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini akan sebesar 3%, turun 0,2 persen dari perkiraan sebelumnya pada bulan Juli, dan jauh di bawah pertumbuhan 3,6% pada tahun 2018. Untuk Amerika Serikat tahun ini, IMF memproyeksikan kenaikan pertumbuhan 2,4%, turun dari 2,9% di 2018.

Tahun depan, IMF memperkirakan adanya rebound untuk pertumbuhan ekonomi dunia ke 3,4%. Tetapi perlambatan berlanjut di Amerika Serikat menjadi 2,1%, masih di bawah dari proyeksi pertumbuhan 3% dari administrasi Trump.

Ekonom IMF juga memperingatkan bahwa proyeksi kenaikan moderat pun mungkin tidak terwujud.

“Dengan suatu synchronized slowdown dan pemulihan yang tidak pasti, tidak ada ruang untuk kesalahan kebijakan, dan merupakan kebutuhan mendesak bagi pembuat kebijakan untuk secara kooperatif meredakan ketegangan perdagangan dan geopolitik,” Gita Gopinath, chief economist IMF, mengatakan dalam laporan itu.

IMF memperkirakan sekitar setengah peningkatan pertumbuhan ekonomi pada tahun depan akan dihasilkan dari pemulihan di sejumlah negara yang ekonominya melambat signifikan tahun ini, seperti di Meksiko, India, Rusia dan Arab Saudi.

Perlambatan tahun ini, kata IMF, sebagian besar disebabkan oleh konflik perdagangan, dengan pengenaan tarif yang lebih tinggi pada banyak barang. Pertumbuhan perdagangan di paruh pertama tahun ini melambat menjadi 1%, merupakan laju pertumbuhan tahunan yang terlemah sejak 2012.

Kristalina Georgieva, yang akan memimpin pertemuan IMF menggantikan Christine Lagarde bulan ini sebagai Managing Director IMF, mengatakan pekan lalu bahwa perselisihan perdagangan dapat menimbulkan kerugian sekitar $700 miliar pada output di akhir tahun depan, atau sekitar 0,8 % dari output dunia.

Ekonom IMF mengatakan lagi, salah satu perkembangan yang patut dikhawatirkan adalah perlambatan ekonomi tahun ini telah terjadi bahkan ketika Federal Reserve dan bank sentral dunia lainnya telah memangkas suku bunganya serta menggunakan berbagai cara lain untuk mendongkrak ekonomi.

IMF memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi global akan terpangkas sekitar setengah persen lagi di tahun ini dan tahun 2020, bila tanpa upaya para bank sentral mengurangi suku bunga acuannya.

“Dengan bank sentral harus memanfaatkan amunisi yang terbatas untuk mengimbangi salah kebijakan, mereka mungkin hanya memiliki sedikit (amunisi) tersisa ketika ekonomi semakin sulit,” kata Gopinath.

Selain risiko perdagangan dan geopolitik, IMF juga proyeksikan ancaman yang muncul akibat disrupsi dari keluarnya Inggris dari Uni Eropa pada 31 Oktober. IMF mendesak para pembuat kebijakan untuk mengintensifkan upaya mereka untuk menghindari kesalahan yang dapat merusak perekonomian, sebagaimana dikutip dari Times (16/10).

Analis Vibiz Research Center melihat gaung ancaman resesi dunia semakin bertambah kuat. Sulit ada negara yang dapat terluput dari tekanan ini. Karenanya dapat dipahami betapa IMF mendorong adanya awareness bersama di antara para policy makers untuk berkolaborasi meredakan tensi perang dagang dan konflik geoplotik. Indonesia juga harus bersiap untuk menghadapi tekanan global ini. Merupakan tantangan berat bagi team ekonomi dalam kabinet baru nanti. Perlu kejelian, inovasi, dan koordinasi bersama.

Alfred Pakasi/VBN/MP Vibiz Consulting

Editor: Asido

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here