(Vibiznews – Index) Bursa saham Asia berakhir mixed, Kamis (19/12). Bursa Saham di Jepang ditutup lebih rendah setelah Bank of Japan (BoJ) mempertahankan kebijakan moneter stabil.
Indeks Nikkei 225 tergelincir 0,29% menjadi ditutup pada 23.864,85 karena saham FamilyMart turun lebih dari 2%. Indeks Topix juga turun 0,13% untuk mengakhiri hari perdagangannya di 1,736.11.
Dalam pernyataannya, BoJ mengatakan: “Ekonomi Jepang kemungkinan akan melanjutkan tren ekspansi yang moderat, karena dampak perlambatan ekonomi luar negeri pada permintaan domestik diperkirakan akan terbatas, meskipun ekonomi kemungkinan akan terus dipengaruhi oleh perlambatan untuk saat ini. “, demikian disampaikan BoJ seperti yang dilansir CNBC.
Saham China daratan pulih dari penurunan sebelumnya, indeks Shanghai sebagian besar tidak berubah pada 3.017,07 sementara indeks Shenzhen sebagian besar datar di 10.296,29.
Indeks Hang Seng Hong Kong turun 0,3% pada 27800.49, dengan saham raksasa teknologi China Tencent turun lebih dari 1%.
Indeks Kospi Korea Selatan ditutup sedikit lebih tinggi pada 2.196,56. Saham pembuat chip SK Hynix naik 0,65% di belakang Micron membukukan kuartal pertama mengalahkan di garis atas dan bawah.
Sedangkan indeks ASX 200 di Australia turun 0,27% menjadi ditutup pada 6.833,10.
Data pekerjaan Australia untuk November yang dirilis Kamis menunjukkan kenaikan 39.900 pekerjaan yang disesuaikan secara musiman, jauh lebih tinggi dari ekspektasi kenaikan 14.000 oleh jajak pendapat Reuters. Tingkat pengangguran yang disesuaikan secara musiman juga datang lebih rendah dari yang diharapkan di 5,2%, dibandingkan dengan perkiraan 5,3% oleh jajak pendapat Reuters.
Analyst Vibiz Research Center memperkirakan bursa saham Asia akan bergerak mixed dengan adanya berbagai sentimen baik positif dan negatif, seperti kesepakatan dagang AS-China yang memberikan dukungan positif. Namun rencana pemakzulan Trump bisa jadi sentimen yang memberikan kecemasan para pelaku pasar. Pergerakan bursa Wall Street malam ini juga dapat memberikan pengaruh bagi bursa Asia.
Asido Situmorang, Senior Analyst, Vibiz Research Center, Vibiz Consulting