(Vibiznews – Indeks) – Bursa Jepang awali perdagangan saham tahun 2021 dengan terkoreksi dari posisi tertinggi 30 tahun pada hari Senin (4/1/2021). Tekanan jual Nikkei hari ini terjadi setelah Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga mengatakan mempertimbangkan untuk mengumumkan keadaan darurat di wilayah Tokyo, membendung lonjakan infeksi virus.
Pada tahun 2020 Nikkei naik 18,73% dibandingkan dengan kenaikan 18,2% pada tahun 2019. Nikkei naik hampir 18,4% di kuartal terakhir, merupakan kenaikan kuartalan terbesar sejak tiga bulan yang berakhir pada Maret 2013. Untuk indeks Topix hampir 4,8% lebih tinggi pada tahun 2020 setelah naik lebih dari 15,2% pada tahun sebelumnya.
Kasus terinfeksi covid-19 secara global melonjak di atas 85 juta dengan Jepang melaporkan 3.158 kasus, sementara itu kasus harian AS melonjak ke rekor hampir 300.000 setelah liburan Tahun Baru.
Akibatnya saham maskapai penerbangan , perusahaan transportasi, dan pengecer anjlok di tengah kekhawatiran bahwa pembatasan perjalanan dan jam kerja yang lebih pendek akan membatasi pengeluaran konsumen dan merugikan sektor jasa.
Indeks harian Nikkei ditutup turun 185,79 poin atau 0,68% lebih rendah ke posisi 27.258,38. Demikian untuk indeks Topix turun 0,56% menjadi 1.794,59. Untuk indeks Nikkei berjangka bulan Maret 2021 bergerak positif dengan turun 130 poin atau 0,47% ke posisi 27.320.
Saham yang paling tertekan di Topix adalah saham Central Japan Railway Co turun 2,74%, diikuti oleh Tokio Marine Holdings Inc yang kehilangan 1,77%. Namun terdapat saham yang naik paling tinggi seperti saham Nippon Telegraph dan Telephone Corp naik 2,57%, diikuti oleh Daiichi Sankyo Co Ltd naik 2,26%.
Jul Allens / Senior Analyst Vibiz Research Center-Vibiz Consulting