Pasar SBN Terkoreksi Namun Ada Peluang Investasi di Obligasi Negara dan Korporasi

353
MNC Kapital Terbitkan Obligasi Senilai Rp 390 Miliar
Vibizmedia Picture
(Vibiznews – Bonds & Mutual Fund) – Pasar Surat Berharga Negara (SBN) mencatatkan koreksi pada Senin (27/11). Hal ini tercermin dari penurunan indeks ICBI sebesar 0,1% dan IDMA 0,2%.

Sejalan dengan itu, yield obligasi pemerintah Indonesia (INDOGB) tenor 10 tahun naik 8 basis points (bps) ke 6,74%. Lalu, yield INDOGB tenor 5 tahun naik 5 bps ke 6,72%.

Menurut Analis Vibiz Research, koreksi di pasar SBN kemungkinan merupakan limpahan dari sentimen koreksi di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

Jika dilihat pada Senin (27/11), IHSG ditutup naik tipis 0,05% ke level 7.013. Angka ini jauh lebih rendah dibandingkan harga penutupan sesi 1 di 7.040 atau naik 0,4%.

Di sisi lain, sentimen di pasar obligasi global cenderung positif menjelang rilis data inflasi Indeks Harga Personal (PCE) Amerika Serikat pada Kamis (30/11). Hal ini terlihat dari naiknya indeks obligasi S&P untuk developed market 0,4% tadi malam.

Menurut para analis potensi pertumbuhan pasar obligasi diperkirakan terbatas. Obligasi korporasi dinilai lebih menarik dibandingkan obligasi pemerintah.

Head of Fixed Income Trimegah Asset Management (AM) Darma Yudha mengatakan, potensi pertumbuhan obligasi tetap ada. Ini disebabkan tekanan dari kenaikan suku bunga sudah mengecil.

Hanya saja, Yudha menyebut yang perlu diwaspadai adalah suplai US Treasury (UST) yang masih cukup besar. Ia menyebut, pada kuartal IV ini penyebab yield UST naik karena tingginya suplai dibandingkan permintaan (Kontan. co.id.27/11).

Efeknya bagi Indonesia, potensi penurunan yield terbatas. Selain itu juga disebabkan dari pergerakan rupiah yang dinilai belum akan menguat secara signifikan, karena rating belum di-upgrade.

Rating baru bisa di-upgrade di 2025 karena potensi upgrade itu masih menunggu pemerintah selanjutnya dan kebijakannya. Sehingga bisa dikatakan bond market Indonesia potensi penguatannya terbatas, tetapi pelemahannya juga terbatas.

Analis menilai potensi investasi obligasi lebih menarik di obligasi korporasi. Ini didorong kupon yang relatif lebih tinggi dan risiko korporasi akan lebih kecil. Sehingga prospek obligasi korporasi di Indonesia tampak lebih menarik dibandingkan dengan SBN. Terutama dengan potensi penahanan suku bunga.

Sejumlah faktor pendukung pandangan tersebut adalah pemulihan ekonomi, stabilitas harga, kinerja lebih unggul, potensi kenaikan komposisi, dan tingkat imbal hasil.

Lagipula, obligasi korporasi mendapat dorongan dari pemulihan ekonomi yang membaiknya neraca keuangan perusahaan setelah beradaptasi dengan pandemi. Lalu, cenderung lebih stabil dibandingkan SBN, terutama dalam menghadapi kenaikan suku bunga.

Kemudian, pada awal 2022 kinerja obligasi korporasi lebih unggul dibandingkan SBN, tercermin melalui indeks obligasi korporasi yang naik. Obligasi korporasi juga sebagai underlying asset atas reksadana pendapatan tetap berpotensi mengalami kenaikan komposisi sebagai respons perubahan pasar.

Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting