(Vibiznews – Bonds & Mutual Fund) – Rupiah terhadap dollar AS sore ini menguat 0,32% atau 49 poin ke level Rp 15.417 dibandingkan posisi penutupan perdagangan sebelumnya di Rp 15.466.
Berlanjutnya penguat rupiah sebesar 0,32% tersebut terhadap dollar Amerika Serikat (AS) hari ini memicu optimisme investor domestik di pasar obligasi dan saham. Penguatan Rupiah ini terjadi akibat pelemahan indeks dollar sebesar 0,4%.
Indeks Dollar yang mengukur dollar terhadap keranjang enam mata uang saingan utamanya, sore hari WIB ini flat ke 102,74. Rupiah terhadap dollar seminggu ini terlihat akan berada dalam rentang antara Rp15.623 – Rp15.340.
Hal ini akan berdampak positif terhadap IHSG dengan target psikologis 7.100. Sementara itu, pengaruh apresiasi rupiah atas yield INDOGB tenor 10 tahun akan lebih terbatas.
Seperti yang diperkirakan Perry Warjiyo saat mengumumkan suku bunga acuan BI, ada kemungkinan The Fed akan menaikkan suku bunganya pada akhir tahun ini. Atau paling tidak mempertahankan suku bunga acuannya. Hal ini menimbulkan angin segar bagi pasar obligasi.
Ekspektasi tersebut juga sejalan dengan proyeksi the Fed yang memproyeksikan suku bunga akan berada di 5,6% untuk tahun 2023. Atau kurang lebih sama seperti kondisi saat ini.
Sementara itu, proyeksi tersebut juga memaparkan suku bunga kemungkinan akan turun di tahun depan menjadi 5,1%. Hal ini juga sejalan dengan ekspektasi pasar.
Mengingat hal tersebut, ini dapat kita lihat sebagai sentimen yang dapat memberikan dampak positif bagi pasar surat utang dalam negeri.
Kenaikan suku bunga the Fed mengekspos secara negatif ke pasar domestik dan mendorong arus keluar modal.
Menurut Analis Vibiz Research kondisi ini akan mendorong arus modal asing masuk ke pasar SBN. Meskipun dapat diakui bahwa arus masuk modal asing akan cenderung spekulatif karena rupiah relatif volatile di tengah penurunan surplus dagang.
Pada bulan November ini, asing mulai masuk kembali ke pasar SBN Indonesia. Investor asing membukukan beli bersih sebesar Rp 4,71 triliun pada pekan lalu. Secara kumulatif, asing membukukan beli bersih Rp 16,15 triliun di pasar surat utang pemerintah selama 1-24 November 2023. Hal ini kebalikan dari kondisi Oktober yang mana asing melakukan jual bersih sebesar Rp 15,96 triliun.
Dengan kondisi tersebut, maka investor domestik akan cenderung banyak mengoleksi yield dari obligasi bertenor panjang. Sebab ini lebih menarik ketika Bank Indonesia mulai menurunkan suku bunga.
Selain itu, jika para investor memegang hingga jatuh tempo, saat ini adalah saat yang tepat untuk mengoleksi surat utang berkupon tinggi. Karena hal ini akan semakin langka ke depan jika suku bunga turun.
Perlu diketahui, yield tenor yang lebih panjang, seperti 5 tahun dan 10 tahun turun paling dalam. Ini jika dibandingkan dengan tenor yang lebih pendek.
Pada November ini, yield tenor 5 tahun turun menjadi 6,67% dari 7,05% di Oktober dan tenor 10 tahun turun dari 7,11% ke 6,66% pada November ini. Sementara tenor 1 tahun tetap berada di level 6,50% dan tenor 3 tahun turun dari 7,05% ke 6,69%.
Jadi kondisi ini mengindikasikan tenor yang lebih panjang lebih menarik untuk dibeli.
Belinda Kosasih/ Partner of Banking Business Services/Vibiz Consulting