Kebijakan Moneter Global pada Tahun 2025: Cermat dan Hati-hati

126

(Vibiznews – Economy & Business) Kebijakan moneter global pada tahun 2025, yang sebagian besar diprediksi akan melibatkan pemotongan suku bunga secara hati-hati. Namun, kebijakan ini dilakukan dengan mempertimbangkan berbagai ketidakpastian ekonomi dan politik, terutama terkait dengan kebijakan Presiden AS yang akan datang, Donald Trump.

Ketidakpastian Global: Dampak Kebijakan Trump

  • Salah satu faktor ketidakpastian besar yang dihadapi oleh bank sentral di seluruh dunia adalah kebijakan Presiden AS yang akan datang, Donald Trump. Kebijakan perdagangan yang lebih proteksionis, termasuk ancaman tarif perdagangan, dapat menekan pertumbuhan ekonomi global dan memperburuk tekanan inflasi.
  • Kenaikan tarif yang diberlakukan oleh AS dapat mempengaruhi keputusan investasi global, mengurangi permintaan eksternal, dan memperlambat laju pertumbuhan ekonomi. Ini dapat menyebabkan ketegangan lebih lanjut dalam kebijakan moneter global, dengan bank-bank sentral harus menanggapi dampaknya melalui pemotongan suku bunga yang lebih hati-hati.

Pemotongan Suku Bunga Global yang Hati-hati

  • Kebijakan moneter di hampir semua ekonomi besar diperkirakan akan melibatkan pemotongan suku bunga pada 2025, tetapi dengan laju yang lebih lambat dibandingkan tahun 2024.
  • Kebijakan ini mencerminkan ketidakpastian ekonomi global dan kebutuhan untuk tetap berhati-hati terhadap tekanan inflasi yang masih dapat muncul, serta dampak dari kebijakan pemerintahan Trump yang akan datang.
  1. Federal Reserve AS: Ketidakpastian dan Fokus pada Inflasi
  • Di AS, Federal Reserve (Fed) telah memangkas suku bunga, namun fokus mereka kini beralih kembali ke masalah inflasi yang masih stagnan di atas target 2%. Meskipun ada harapan untuk melonggarkan kebijakan lebih lanjut, beberapa pejabat Fed mulai skeptis terhadap kemungkinan besar penurunan suku bunga lebih lanjut. Mereka ingin melihat progres lebih lanjut terhadap inflasi sebelum memutuskan pemangkasan lebih lanjut.
  • Donald Trump diperkirakan akan menjadi faktor penting yang memengaruhi kebijakan Fed, karena Trump cenderung mendukung suku bunga rendah dan pasar saham yang melambung. Kebijakan ekonomi Trump yang mungkin melibatkan tarif perdagangan bisa mengancam pertumbuhan ekonomi AS dan meningkatkan harga barang (inflasi). Hal ini bisa memengaruhi keputusan Fed terkait suku bunga.

Proyeksi untuk Fed:

  • Suku bunga Fed diperkirakan akan dipangkas 50 basis poin pada tahun 2025 dan 2026, meskipun ada ketidakpastian mengenai seberapa cepat suku bunga tersebut dapat dipangkas tergantung pada kondisi pasar kerja dan inflasi.
  1. Bank Sentral Eropa (ECB): Perlambatan Ekonomi dan Ketegangan Inflasi
  • Bank Sentral Eropa (ECB) diharapkan akan terus menurunkan suku bunga secara bertahap. Pada awal 2025, ECB diperkirakan akan memangkas suku bunga deposit mereka dari 3% menjadi sekitar 2% pada pertengahan tahun 2025.
  • Meskipun inflasi utama diperkirakan akan menurun menuju target 2% ECB, inflasi dalam sektor jasa masih naik di atas angka tersebut. Hal ini menyebabkan kekhawatiran di kalangan pembuat kebijakan mengenai tekanan inflasi yang terus ada, yang dapat memperlambat pemulihan ekonomi. Namun, di sisi lain, ada harapan bahwa konsumsi domestik akan meningkat setelah periode musim dingin yang lebih lemah.

Proyeksi untuk ECB:

  • ECB diperkirakan akan melakukan pemangkasan bertahap hingga mencapai tingkat 2% yang dianggap netral. Kebijakan ini didorong oleh pertumbuhan yang lebih lambat dan ketidakpastian terkait tarif perdagangan, yang dapat menekan keputusan investasi di kawasan Eropa.
  1. Bank of Japan (BOJ): Ketegangan antara Inflasi dan Yen
  • Bank of Japan (BOJ) diperkirakan akan mulai menaikkan suku bunga setelah lebih dari dua tahun mempertahankan tingkat suku bunga mendekati 0%. Inflasi yang terus berada di atas 2% dan pertumbuhan ekonomi yang relatif kuat mendorong BOJ untuk mempertimbangkan pengetatan kebijakan moneter.
  • Kazuo Ueda, Gubernur BOJ, menunjukkan kehati-hatian dalam keputusan kebijakan karena banyak ketidakpastian, terutama yang terkait dengan kebijakan ekonomi AS di bawah pemerintahan Trump. Selain itu, faktor yen yang melemah akan menjadi perhatian utama dalam menentukan langkah kebijakan selanjutnya.

Proyeksi untuk BOJ:

  • Meskipun BOJ cenderung berhati-hati, ada kemungkinan mereka akan menaikkan suku bunga pada bulan Maret 2025 jika inflasi tetap terjaga di atas target dan jika kondisi ekonomi domestik dan pasar valuta asing (seperti nilai yen) mendukung keputusan tersebut.
  1. Bank of England (BOE)
  • Suku Bunga Saat Ini: 4,75%
  • Proyeksi Akhir 2025: 3,75%

Bank of England (BOE) dihadapkan pada dilema besar antara inflasi yang masih relatif tinggi dan kondisi pasar tenaga kerja yang mulai melambat. Gubernur Andrew Bailey menekankan pentingnya penurunan suku bunga secara bertahap, meskipun ada lonjakan tak terduga dalam pertumbuhan upah dan inflasi beberapa waktu lalu. Proyeksi BOE untuk suku bunga pada akhir 2025 adalah 3,75%, dengan penurunan bertahap sepanjang tahun.

Meski ekonomi domestik menunjukkan beberapa tekanan harga, terutama dari sektor tenaga kerja yang ketat, BOE berencana untuk melanjutkan penurunan suku bunga dengan kecepatan kuartalan. Hal ini menunjukkan kebijakan yang hati-hati, mengingat tantangan inflasi yang belum sepenuhnya dapat diatasi.

Namun, ketegangan perdagangan global, terutama dengan Uni Eropa dan dampak kebijakan pemerintah yang baru, akan sangat mempengaruhi arah kebijakan moneter ini. Oleh karena itu, Bank of England kemungkinan akan mengambil pendekatan yang sangat hati-hati, mengawasi dengan seksama indikator inflasi dan pasar tenaga kerja.

  1. Bank of Canada (BOC)
  • Suku Bunga Saat Ini: 3,25%
  • Proyeksi Akhir 2025: 2,5%

Bank of Canada (BOC) telah mengambil pendekatan agresif dalam menurunkan suku bunga setelah inflasi mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan. Namun, situasi ekonomi di Kanada yang lambat, ditambah dengan ancaman tarif perdagangan dari Amerika Serikat, memperburuk prospek perekonomian.

Proyeksi untuk suku bunga di akhir 2025 adalah 2,5%. Meskipun inflasi diperkirakan akan tetap terkendali di sekitar target 2%, Bank of Canada dihadapkan pada risiko yang berasal dari ketegangan perdagangan dengan AS, serta lambatnya investasi bisnis domestik. Hal ini menambah ketidakpastian dalam prospek ekonomi Kanada, dengan ruang yang terbatas bagi BOC untuk melonggarkan kebijakan moneter lebih lanjut.

  1. Reserve Bank of India (RBI)
  • Suku Bunga Saat Ini: 6,5%
  • Proyeksi Akhir 2025: 5%

India menghadapi tantangan ganda, yaitu perlambatan pertumbuhan ekonomi dan inflasi yang mulai kembali meningkat. Gubernur baru RBI, Sanjay Malhotra, memprioritaskan pertumbuhan ekonomi India, yang menunjukkan tanda-tanda penurunan akibat kebijakan suku bunga yang ketat.

Dengan inflasi yang diperkirakan akan tetap terkendali dalam rentang toleransi 2%-6%, RBI kemungkinan akan mulai menurunkan suku bunga pada awal 2025. Proyeksi akhir 2025 menunjukkan suku bunga akan berada di sekitar 5%. Namun, kekhawatiran terhadap inflasi yang masih relatif tinggi dan risiko eksternal (terutama terkait kebijakan perdagangan global) bisa membatasi ruang gerak RBI.

  1. Bank of Brazil (BCB)
  • Suku Bunga Saat Ini: 12,25%
  • Proyeksi Akhir 2025: 13,5%

Brasil berada dalam siklus pengetatan moneter yang agresif, dengan proyeksi suku bunga meningkat menjadi 14,25% pada Maret 2025. Tantangan terbesar bagi Bank of Brazil adalah ketidakpastian fiskal yang berasal dari kebijakan Presiden Luiz Inácio Lula da Silva, yang menghadapi kritik terkait pengelolaan anggaran negara.

Bank sentral Brasil berfokus pada pengendalian inflasi yang melebihi target 3%. Proyeksi akhir 2025 menunjukkan sedikit penurunan suku bunga ke 13,5%, namun kebijakan ini sangat bergantung pada keputusan fiskal pemerintah dan kestabilan mata uang Brasil.

  1. Bank of Korea (BOK)
  • Suku Bunga Saat Ini: 3%
  • Proyeksi Akhir 2025: 2%

Bank of Korea (BOK) menghadapi ketidakpastian besar dalam ekonomi Korea Selatan, terutama setelah insiden darurat politik pada Desember 2024. Namun, BOK masih diharapkan untuk melanjutkan penurunan suku bunga secara bertahap untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat, diperkirakan mencapai 2% pada akhir 2025.

Suku bunga yang lebih rendah akan mendukung daya beli domestik, tetapi BOK harus sangat berhati-hati untuk tidak membebani nilai tukar won yang sudah lemah.

  1. Reserve Bank of Australia (RBA)
  • Suku Bunga Saat Ini: 4,35%
  • Proyeksi Akhir 2025: 3,35%

RBA mengakhiri 2024 dengan langkah dovish yang mengejutkan pasar, menyarankan potensi pemotongan suku bunga pada awal 2025. Proyeksi suku bunga akhir 2025 adalah 3,35%, dengan penurunan diperkirakan dimulai pada Februari 2025. Hal ini dipengaruhi oleh pelemahan inflasi dan ketahanan pasar tenaga kerja.

RBA perlu menjaga keseimbangan antara pemotongan suku bunga untuk mendukung pertumbuhan dan menjaga stabilitas pasar tenaga kerja menjelang pemilu.

  1. Swiss National Bank (SNB)
  • Suku bunga kebijakan saat ini: 0.5%
  • Proyeksi suku bunga pada akhir 2025: 0.25%

Analisis: SNB telah mengambil langkah besar dengan memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin pada Desember 2024, menjadikan suku bunga mereka salah satu yang terendah di dunia. Langkah ini menandakan bahwa SNB masih sangat fokus pada penguatan franc Swiss yang dapat menekan inflasi. Meskipun inflasi berada di bawah target 2%, suku bunga yang lebih rendah dapat memperburuk tekanan penguatan franc, yang justru menghambat daya beli domestik karena barang impor menjadi lebih murah. Dalam konteks ini, kemungkinan SNB akan mempertahankan kebijakan pelonggaran moneter lebih lanjut, bahkan dengan kemungkinan pengembalian suku bunga negatif. Risiko inflasi yang rendah dan situasi ekonomi yang rapuh mendorong SNB untuk mempertimbangkan intervensi di pasar valuta asing jika diperlukan untuk mengelola penguatan franc lebih lanjut.

  1. Sveriges Riksbank (Swedia)
  • Suku bunga kebijakan saat ini: 2.5%
  • Proyeksi suku bunga pada akhir 2025: 2%

Analisis: Riksbank menghadapi dilema antara mengendalikan inflasi dan merangsang pertumbuhan ekonomi. Ekonomi Swedia sejak akhir 2022 menunjukkan stagnasi, dan meskipun inflasi terkendali, Riksbank harus mempertimbangkan bahwa ekonomi domestik belum menunjukkan tanda-tanda pemulihan yang signifikan. Riksbank kemungkinan akan melanjutkan pelonggaran moneter pada awal 2025, dengan proyeksi pemangkasan suku bunga menjadi 2%. Namun, kekhawatiran tentang rendahnya permintaan domestik dan potensi resesi lebih lanjut mendorong kemungkinan dua pemangkasan suku bunga, sehingga suku bunga dapat turun lebih rendah dari proyeksi sebelumnya.

  1. Reserve Bank of New Zealand (RBNZ)
  • Suku bunga kas saat ini: 4.25%
  • Proyeksi suku bunga pada akhir 2025: 2.5%

Analisis: RBNZ memulai siklus pelonggaran suku bunga lebih awal pada 2024, dengan memotong suku bunga 125 basis poin dalam tiga bulan terakhir tahun tersebut. Kondisi ekonomi yang lebih buruk dari yang diperkirakan, dengan resesi yang lebih dalam dari ekspektasi, membuat RBNZ lebih agresif dalam menurunkan suku bunga. Perekonomian yang tertekan, inflasi yang lebih rendah dari perkiraan, serta pasar tenaga kerja yang melemah membuat RBNZ kemungkinan besar akan menurunkan suku bunga lebih lanjut, dengan proyeksi suku bunga mencapai 2.5% pada akhir 2025. RBNZ diperkirakan akan memotong suku bunga lebih besar pada Februari 2025, dengan penurunan 50 basis poin, dan kemudian melakukan pelonggaran lebih lanjut.

13. Kebijakan Moneter Bank Indonesia dan Proyeksi Tahun 2025

  1. Kondisi Kebijakan Suku Bunga

Saat ini, Bank Indonesia (BI) menerapkan tingkat suku bunga 7-day reverse repo rate sebesar 6%. Angka ini menunjukkan bahwa BI telah menerapkan kebijakan moneter yang relatif ketat untuk menjaga stabilitas inflasi dan mendukung nilai tukar rupiah. Namun, Bloomberg Economics memperkirakan bahwa suku bunga BI akan mengalami penurunan bertahap menjadi 5.5% pada akhir 2025, meskipun suku bunga tidak akan diturunkan dengan agresif. Penurunan ini akan dilakukan secara hati-hati dan terbatas untuk menghindari dampak negatif terhadap stabilitas makroekonomi, khususnya nilai tukar rupiah yang terus berada di bawah tekanan.

  1. Penurunan Suku Bunga yang Lebih Lambat

Meskipun Indonesia menghadapi inflasi yang relatif rendah dan pertumbuhan ekonomi yang melambat, BI kemungkinan besar akan memperlambat laju penurunan suku bunga. Hal ini terkait dengan pentingnya stabilitas nilai tukar rupiah sebagai prioritas utama dalam kebijakan BI. Seperti yang disampaikan oleh Gubernur Perry Warjiyo, stabilitas rupiah adalah mandat utama Bank Indonesia, terutama mengingat ketidakpastian ekonomi global dan fluktuasi nilai tukar yang dapat mempengaruhi perdagangan internasional serta inflasi domestik.

Penurunan suku bunga yang lebih lambat juga mencerminkan pendekatan yang berhati-hati dari BI dalam menghadapi potensi volatilitas eksternal, yang disebabkan oleh faktor-faktor seperti kebijakan suku bunga tinggi di negara-negara maju, ketegangan perdagangan internasional, dan dinamika geopolitik yang mempengaruhi Indonesia.

  1. Tekanan pada Rupiah dan Stabilitas Ekonomi

Rupiah telah mengalami tekanan berkelanjutan seiring dengan ketidakpastian ekonomi global, termasuk dampak dari kebijakan suku bunga tinggi yang diterapkan oleh Federal Reserve AS dan gejolak pasar global lainnya. BI terus memantau pergerakan rupiah dan berupaya mencegah depresiasi yang terlalu besar dengan menggunakan cadangan devisa serta intervensi di pasar valuta asing (jika diperlukan). Penurunan suku bunga yang lebih lambat adalah langkah untuk mengurangi dampak negatif terhadap nilai tukar rupiah, karena penurunan suku bunga yang terlalu cepat dapat memperburuk depresiasi mata uang.

Kesimpulan

Pada tahun 2025, kebijakan moneter global diperkirakan akan didominasi oleh pemotongan suku bunga, namun dengan laju yang lebih hati-hati. Bank sentral di negara-negara maju akan menghadapi dilema besar: menurunkan suku bunga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang lemah sambil tetap mengendalikan inflasi yang belum sepenuhnya mereda. Ketidakpastian politik, terutama yang terkait dengan kebijakan perdagangan dan ekonomi Donald Trump, menjadi faktor risiko besar yang dapat mengganggu kebijakan moneter ini. Oleh karena itu, bank-bank sentral akan tetap menjaga kewaspadaan terhadap perkembangan yang terjadi, baik di dalam negeri maupun di tingkat global.

Globalisasi ekonomi dan dinamika geopolitik menjadi faktor kunci dalam kebijakan moneter tahun 2025. Banyak bank sentral, seperti BOE, BOC, dan RBA, diharapkan menurunkan suku bunga secara bertahap untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang melambat. Di sisi lain, bank sentral di negara-negara seperti Brasil dan Rusia akan lebih fokus pada pengetatan kebijakan untuk mengatasi inflasi yang masih tinggi. Sedangkan negara-negara berkembang seperti India dan Indonesia juga akan merespons tekanan eksternal dengan kebijakan yang lebih hati-hati, mengingat dampak dari inflasi global dan ketegangan perdagangan.