Pemangkasan Suku Bunga ECB : Antara Target Inflasi, Ketidakpastian Global, dan Kebijakan AS

461

(Vibiznews – Economy & Business) Inflasi Terkendali, Tapi Pertumbuhan Lesu

Selama satu dekade terakhir, ECB telah berjuang menstabilkan inflasi dan mendukung pertumbuhan ekonomi kawasan euro. Setelah lonjakan inflasi akibat krisis energi dan pandemi COVID-19, zona euro kini mengalami moderasi inflasi secara signifikan. Inflasi inti telah turun ke bawah 3%, mendekati target ideal ECB sebesar 2%.

Namun, berita baik ini dibarengi dengan ada hambatan yakni pertumbuhan ekonomi yang stagnan. Beberapa indikator seperti indeks kepercayaan bisnis, konsumsi rumah tangga, dan ekspor menunjukkan pelemahan. Negara-negara utama seperti Jerman dan Italia bahkan menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan negatif pada beberapa kuartal terakhir.

Kombinasi antara inflasi yang turun dan pertumbuhan yang lambat memberikan sinyal bahwa suku bunga saat ini  yang sempat mencapai puncak 4%  seperti nya sudah terlalu tinggi dan bersifat menahan pemulihan ekonomi.

ECB Siap Pangkas Suku Bunga di Tengah Bayang-Bayang Perang Dagang

Pasar telah memperkirakan hampir 94% kemungkinan bahwa ECB akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin dalam pertemuan terbarunya, yang akan menurunkan suku bunga deposito ke level 2,25%. Hal ini akan menempatkan suku bunga pada kisaran atas dari apa yang disebut ECB sebagai suku bunga netral sebesar 1,75% hingga 2,25%.

Suku bunga netral adalah tingkat di mana kebijakan moneter tidak bersifat terlalu ketat (restriktif) maupun terlalu longgar (stimulatif). Berada pada kisaran netral memungkinkan ECB untuk berpindah dari posisi defensif ke posisi fleksibel, tergantung arah data ekonomi.

Namun, keputusan ini tidak semata-mata didorong oleh data domestik. Ada kekuatan eksternal yang mendorong ECB untuk bertindak yaitu tarif perdagangan global.

Dampak Ketegangan Tarif: Kebijakan Perdagangan AS Bayangi Zona Euro

Salah satu katalis utama di balik potensi pemangkasan suku bunga adalah meningkatnya ketegangan dagang global, terutama setelah serangkaian pengumuman tarif oleh Presiden Donald Trump. Meskipun sebagian kebijakan tersebut belum sepenuhnya diterapkan atau mengalami pelonggaran, ketidakpastian yang ditimbulkannya cukup untuk mengguncang sentimen ekonomi dunia.

Bagi zona euro yang sangat bergantung pada ekspor, khususnya ke Amerika dan China,  kebijakan tarif bisa menjadi ancaman serius. Risiko tersebut antara lain:

  • Terhambatnya ekspor Eropa, terutama dari sektor otomotif dan manufaktur Jerman.
  • Menurunnya investasi sektor swasta karena ketidakpastian harga dan rantai pasok global.
  • Pelemahan euro yang bisa meningkatkan inflasi impor namun juga memperburuk ketidakpastian bagi pelaku usaha.

Dalam konteks ini, pemangkasan suku bunga berfungsi sebagai pelindung preventif terhadap perlambatan global yang dapat merambat ke kawasan euro.

ECB Siap Longgarkan Kebijakan, Tapi Tetap Waspadai Risiko Ekspektasi Pasar

Perubahan bahasa ECB dari “restriktif” menjadi “semakin tidak restriktif” sejak pertemuan bulan Maret menunjukkan adanya pergeseran paradigma kebijakan. Dalam dunia bank sentral, kata-kata memiliki kekuatan besar, dan perubahan terminologi ini dianggap pasar sebagai sinyal bahwa ECB bersiap memasuki siklus pelonggaran yang lebih luas.

Namun, para analis memperingatkan bahwa ECB tidak ingin memberi sinyal terlalu agresif untuk menghindari ekspektasi pelonggaran besar-besaran yang dapat:

  • Melemahkan euro secara drastis.
  • Mendorong ekspektasi inflasi terlalu tinggi.
  • Menciptakan gelembung di pasar keuangan.

Karena itu, meskipun pelonggaran kemungkinan terjadi, pendekatannya tetap berhati-hati dan berbasis data, bukan berdasarkan komitmen jalur tertentu.

Kebijakan ECB Dipengaruhi Gedung Putih, Ketidakpastian Tarif Jadi Penentu

Analisis dari Investec dan Deutsche Bank menyoroti bahwa arah kebijakan ECB ke depan sangat tergantung pada kebijakan Gedung Putih, terutama terkait tarif dan kebijakan perdagangan.

Faktor-faktor eksternal yang memengaruhi keputusan ECB:

  • Volatilitas kebijakan AS: Trump bisa sewaktu-waktu mengubah kebijakan perdagangan, menciptakan ketidakpastian global yang sulit diprediksi.
  • Efek domino tarif: Jika AS menaikkan tarif terhadap Tiongkok atau UE, kemungkinan besar akan ada pembalasan yang dapat memukul pertumbuhan zona euro.
  • Ketidakpastian perjanjian dagang: Belum ada jaminan kesepakatan dagang antara AS dan negara-negara besar lain akan tercapai.

Dengan situasi seperti itu, ECB lebih memilih mengambil posisi antisipatif dengan mulai menurunkan suku bunga sambil menjaga fleksibilitas kebijakan.

Perdebatan Seputar Suku Bunga Netral

Konsep suku bunga netral (yaitu suku bunga yang tidak merangsang atau menahan ekonomi) menjadi pusat perdebatan dalam kebijakan ECB.

ECB memperkirakan suku bunga netral berkisar antara 1,75% sampai dengan 2,25%. Jika ECB memangkas ke 2,25%. Hal ini  berarti suku bunga tidak lagi “restriktif”, melainkan sudah mendekati netral, yakni suatu titik di mana kebijakan dapat bertahan sambil menunggu data ekonomi lebih lanjut.

Namun, perdebatan masih muncul karena:

  • Sulitnya mengukur di mana sebenarnya letak netralitas dalam situasi pasca pandemi dan ketidakpastian global.
  • Risiko jika ECB terlalu cepat menilai kebijakan tidak lagi restriktif , hal ini bisa menimbulkan ekspektasi pasar yang keliru.

ECB Pangkas Suku Bunga, Dampak nya bagi Euro, Obligasi, Saham, dan Inflasi

Pemangkasan suku bunga ECB akan berdampak luas:

  • Nilai tukar euro kemungkinan akan melemah terhadap dolar, tergantung arah kebijakan The Fed.
  • Imbal hasil obligasi Eropa kemungkinan turun, mendorong permintaan investasi di aset-aset berisiko.
  • Pasar saham Eropa dapat merespons positif, meski pasar mungkin sudah memfaktorkan pemangkasan ini.
  • Kredit usaha dan rumah tangga berpotensi lebih murah, meski transmisi ke sektor riil bisa lambat jika kepercayaan bisnis belum pulih.
  • Ekspektasi inflasi akan terjaga di sekitar target jika ECB berhasil meyakinkan pasar bahwa pelonggaran ini bersifat moderat.

Bank Sentral Eropa tampaknya berada di persimpangan jalan dalam arah kebijakannya. Pemangkasan suku bunga  yang didorong oleh kombinasi target inflasi yang hampir tercapai, ketidakpastian global yang tinggi, serta kebijakan tarif yang tidak menentu dari AS menjadi langkah yang logis namun penuh pertimbangan.

Namun, langkah ini bukan sekadar soal angka. Ini tentang menjaga stabilitas dan kredibilitas di tengah dinamika global yang tidak menentu. Oleh karena itu, ECB perlu menyampaikan kebijakan dengan hati-hati, menghindari over-reaction pasar sambil tetap melindungi ekonomi dari tekanan eksternal.

ECB kini bermain di medan yang luas: antara menenangkan pasar, menjaga inflasi, dan merespons risiko global yang bersifat politis. Dan seperti yang dicatat oleh para ekonom, kebijakan AS bisa saja menjadi penentu akhir arah langkah ECB ke depan.