Dolar AS Masih Rentan Meski Ada Kesepakatan AS – Tiongkok

332

(Vibiznews – Forex) Perundingan dagang AS – China di London membuka peluang pemulihan arus perdagangan , namun belum menghasilkan terobosan yang signifikan. Dolar AS terlihat tetap rentan, terutama di tengah kombinasi risiko fiskal domestik, potensi pelonggaran moneter lebih cepat, serta tekanan dari pasar obligasi. Hari ini, perhatian investor global akan terfokus pada rilis CPI inti AS dan lelang obligasi Treasury tenor 10 tahun, dua elemen krusial yang dapat menentukan arah dolar dalam jangka pendek hingga menengah.

USD: Tekanan Inflasi & Lelang Treasury Menguji Daya Tahan Dolar

Kinerja dolar AS pekan ini mencerminkan ambiguitas pasar terhadap arah kebijakan moneter dan risiko fiskal domestik. Meskipun kabar dari London mengenai rencana pembukaan kembali perdagangan barang-barang strategis seperti rare earth terlihat positif, namun pasar melihatnya sebagai “kesepakatan sementara”, bukan sinyal de eskalasi struktural yang dapat mendukung penguatan dolar secara konsisten.

Dari sisi domestik, dolar tertekan oleh hasil lelang obligasi 3 tahun yang kurang diminati yang menggambarkan meningkatnya kekhawatiran investor terhadap defisit fiskal AS yang membengkak. Dengan Federal Budget Balance Mei akan dirilis hari ini, investor mencari petunjuk tambahan apakah kebutuhan pembiayaan utang akan terus menekan pasar obligasi, dan berimbas pada volatilitas di pasar mata uang.

Diperkirakan inflasi inti (core CPI) bulan Mei akan berada di 0,2% MoM, sedikit di bawah konsensus 0,3%. Ini berimplikasi besar: jika inflasi mulai melandai secara konsisten, maka ruang The Fed untuk mempertahankan suku bunga tinggi akan menyempit, membuka kembali peluang pemangkasan suku bunga pada kuartal ketiga 2025, yang saat ini mulai dipertimbangkan pasar dengan probabilitas 50%.

Kabar bahwa Menteri Keuangan Scott Bessent mungkin menggantikan Jerome Powell di pucuk pimpinan The Fed menimbulkan kekhawatiran serius mengenai independensi bank sentral. Jika Bessent cenderung pada kebijakan suku bunga rendah seperti retorika Trump, maka posisi dolar bisa semakin tertekan karena pasar akan menilai bahwa penurunan suku bunga bisa bersifat politis, bukan berbasis data.

Investor sebaiknya dapat mempertimbangkan diversifikasi keluar dari aset berbasis USD, terutama menuju mata uang dengan prospek kebijakan moneter lebih hawkish seperti EUR dan CHF.

Penurunan imbal hasil Treasury dalam jangka menengah dapat memicu reflation trade di pasar negara berkembang, mendukung mata uang EM ( Emerging Market ). Mata uang EM biasanya merujuk pada mata uang yang digunakan di negara-negara berkembang atau negara-negara dengan ekonomi yang sedang tumbuh, yang berimbal hasil tinggi seperti BRL (Brazilian Real) dan INR (Indian Rupee).

EURO: Nada Hawkish ECB Meningkat, Tapi Pasar Masih Fokus ke Dolar

Sementara dolar berada dalam tekanan, euro mendapat dukungan dari retorika hawkish dari para pejabat ECB, yang mempertegas perubahan sikap pasca pidato Lagarde. Gubernur bank sentral Kroasia, Boris Vucic, menekankan bahwa ECB saat ini dalam posisi kuat dan layak menunggu proyeksi September sebelum mengambil langkah suku bunga.

Pasar kini memperkirakan:

Kenaikan 15bps pada September

17bps pada Oktober

30bps hingga akhir Desember

Namun demikian, dampaknya terhadap EUR/USD masih sangat tergantung pada dolar. Support teknikal terlihat di 1.1400 dan potensi break ke atas 1.1500 terbuka jika CPI AS mengecewakan.

Repricing ekspektasi ECB dapat memperkuat imbal hasil obligasi Eropa, mempersempit selisih yield dengan AS, dan mendorong EUR/USD naik secara struktural dalam paruh kedua 2025.

Jika dolar semakin dilemahkan oleh isu fiskal dan geopolitik domestik, euro berpotensi menjadi mata uang “safe haven alternatif”.

GBP: Kebijakan Fiskal Inggris Hadapi Keterbatasan

Pengumuman Spending Review Inggris hari ini tidak membawa kejutan besar. Seperti disampaikan oleh ekonom kami, James Smith, tantangan utama bukan pada alokasi saat ini, tetapi pada kenyataan bahwa ruang fiskal semakin menyempit dan kenaikan pajak hampir tidak terhindarkan di musim gugur mendatang.

Pasar obligasi Inggris (gilts) bisa mengalami peningkatan volatilitas, yang mungkin mendorong pergerakan EUR/GBP ke area 0.850.

Dengan pemilu mendekat dan tekanan terhadap anggaran meningkat, kemungkinan pengetatan fiskal bisa menekan pertumbuhan. Hal ini akan membatasi ruang gerak Bank of England untuk mempertahankan suku bunga tinggi.

GBP akan tetap berada dalam tekanan terhadap mata uang G10 lainnya kecuali terdapat kejutan positif dari data inflasi atau sektor jasa.

CAD: Momentum Melemah, Risiko Pemangkasan BoC Meningkat

Setelah performa kuat selama sebulan terakhir, dolar Kanada kini menghadapi tantangan baru. Meskipun data inflasi dan pertumbuhan Kanada sebelumnya mendukung penahanan suku bunga oleh BoC, ketidakpastian eksternal, termasuk kenaikan tarif logam oleh AS yang menambah tekanan terhadap ekspor Kanada.

Pasar masih underpricing terhadap pemangkasan suku bunga, yakni :

Hanya 8bps untuk Juli

15bps untuk September

Keterkaitan ekonomi Kanada dengan AS membuat CAD sangat rentan terhadap penurunan permintaan AS, terutama jika ekonomi AS melambat akibat tekanan fiskal dan pelemahan konsumsi.

Jika BoC akhirnya menurunkan suku bunga sebelum The Fed, maka CAD bisa mengalami depresiasi signifikan terhadap EUR, CHF, dan AUD.

Pasar mata uang saat ini berada di titik transisi: ketidakpastian kebijakan suku bunga, pergeseran geopolitik, dan tekanan fiskal di AS menciptakan dinamika baru yang menantang narasi dominasi dolar.

Adapun rekomendasi strategis yang dapat dipertimbangkan :

Underweight USD dalam jangka pendek hingga menengah.

Overweight EUR dan CHF sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian fiskal AS.

Awasi data CPI AS dan lelang UST 10 tahun sebagai pemicu utama volatilitas hari ini.

Potensi rotasi menuju aset berisiko jika CPI mengecewakan dan yield US turun.