(Vibiznews-Economy) Pasar keuangan kembali memusatkan perhatian ke kebijakan Federal Reserve di tengah eskalasi geopolitik antara Israel dan Iran. Lonjakan harga minyak, tekanan pada saham, serta masuknya modal ke aset safe haven seperti obligasi pemerintah AS dan emas mencerminkan kekhawatiran global. Namun, menariknya dolar AS gagal tampil seperti biasanya sebagai instrumen pelindung, justru berakhir melemah 1,8 % terhadap euro dan 1,6 % terhadap yen Jepang. Ini terjadi setelah data CPI dan PPI Mei menunjukkan tekanan inflasi yang terkendali, mendorong prediksi pelonggaran kebijakan moneter.
Ada beberapa parameter makro ekonomi utama dalam minggu ini, yaitu
- Data Penjualan Ritel AS (Retail Sales)
Ekspektasi dan Konteks Global
Penjualan ritel AS pada Mei diperkirakan turun 0,7 % dari bulan sebelumnya, yang menjadi penurunan terbesar dalam empat bulan terakhir. Dalam konteks ekonomi yang memasuki fase resesi permintaan bahkan di kuartal pertama tahun ini, sub-sektor ini menjadi indikator vital, mengingat konsumsi rumah tangga menyumbang sekitar 68,5 % terhadap PDB nasional.
Investor dan analis ekonomi merespons data dari University of Michigan pekan lalu yang menunjukkan optimisme konsumen mulai membaik; indeks ekspektasi inflasi 1-tahun turun dari 6,6 % ke 5,1 %. Hal ini dianggap sebagai tanda redanya kekhawatiran terkait tarif impor. Namun, apabila data penjualan tetap lesu, kekhawatiran akan lemahnya permintaan domestik akan bertambah
Dampak terhadap Kebijakan dan Pasar
Penurunan lebih tajam dari perkiraan akan meningkatkan tekanan untuk melonggarkan kebijakan moneter lebih cepat yang akan memberi ruang kepada The Fed untuk menurunkan suku bunga. Pasar saham bisa jadi rebound, obligasi dapat kembali menarik aliran dana, dan dolar AS kemungkinan tetap tertekan. Sebaliknya, bila penjualan ritel tidak turun signifikan atau malah naik, pasar akan lebih percaya bahwa ekonomi AS sedang menguat, mendukung sikap hawkish The Fed yang bisa menunda pemangkasan suku bunga.
- Rapat FOMC (Federal Open Market Committee)
Topik Utama: Stabilitas Suku Bunga
Diperkirakan, The Fed akan mempertahankan suku bunga Fed Funds pada kisaran 4,25 %–4,50 % selama pertemuan minggu ini. Fokus utama akan tertuju pada pernyataan resmi (statement), proyeksi ekonomi terbaru (SEP), serta konferensi pers oleh Ketua Jerome Powell.
Pada rapat Desember dan Maret lalu, pejabat The Fed sepakat bahwa pengurangan suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) diperlukan pada akhir 2025 dan sepanjang 2026. Namun, Federal Funds futures kini mencerminkan ekspektasi bahwa pemangkasan mungkin baru dimulai pada paruh akhir 2025, dengan total penurunan diperkirakan sebesar 42 bps tahun ini, dan ditambah 57 bps pada 2026.
Isu Geopolitik dan Dampaknya terhadap Kebijakan
Menguatnya tensi Timur Tengah, terutama karena serangan Israel terhadap fasilitas Iran, kemungkinan akan menambah ketidakpastian inflasi melalui lonjakan harga energi. Hal ini dapat membuat The Fed lebih berhati-hati terutama dalam menerbitkan forward guidance terkait penurunan suku bunga. Pernyataan Ketua Powell sangat dinanti sebagai sinyal arah kebijakan selanjutnya.
- Bank of England dan Inflasi Inggris
Sikap Moneter: Agresif atau Hati-hati?
Rapat Monetary Policy Committee (MPC) BoE di London diperkirakan akan menghasilkan keputusan menahan suku bunga di level 4,25 %, setelah menetapkannya lebih rendah pada Mei lalu. Mayoritas anggota MPC (sekitar 7 dari 9) diperkirakan akan memilih opsi ‘hold’ meskipun sesi sebelumnya memilih pemangkasan 25 bps.
Data Inflasi Mei – Sebuah Indikator Penting
Sebelum rapat, data inflasi Mei akan dirilis, diperkirakan menunjukkan CPI meningkat 3,4 % secara tahunan, menurun dari puncak 3,5 % pada April. Core CPI (tidak termasuk makanan dan energi) juga diperkirakan turun tipis dari 3,8 % menjadi 3,6 %. Penurunan moderat ini menunjukkan pendinginan inflasi, namun masih di atas target 2 %.
Opsi Kebijakan BoE
Dengan inflasi yang masih cukup jauh dari target, MPC cenderung memilih menahan suku bunga. Meski ada tekanan eksternal seperti penurunan inflasi dan perlambatan global, BoE kemungkinan tetap berhati-hati agar tidak mempercepat pemulihan inflasi ke level target. Panduan suku bunga di masa depan akan menjadi sorotan, apakah BoE akan memberikan sinyal pemangkasan di paruh kedua 2025 atau menunda sepenuhnya.
- Kondisi Geopolitik Global dan Dampaknya
Timur Tengah dan Ekonomi Global
Serangan Israel ke Iran membawa dampak signifikan pada pasar: harga minyak mentah melonjak tajam, saham global terkoreksi, sementara safe haven seperti US Treasuries dan emas mencatat reli. Aksi ini meningkatkan risiko stagflasi dengan semburan inflasi baru dari energi dan kelambanan pertumbuhan ekonomi.
Dolar AS: Uniknya Tidak Mendominasikan
Biasanya, ketidakpastian global mendorong penguatan dolar AS. Namun, penurunan CPI dan PPI Mei memberikan impresi bahwa inflasi mereda, sehingga meskipun aset safe haven lain menguat, dolar AS malah melemah. Ini memicu dinamika yang menarik dan menantang para pelaku pasar.
Antisipasi vs Realita
Minggu ini akan menjadi fase intensif bagi analis ekonomi dan investor global. Beberapa poin utama yang harus diperhatikan:
- Retail Sales AS – Lampaui ekspektasi negatif, memberikan tekanan pada The Fed untuk lebih akomodatif; sebaliknya, data kuat dapat menundanya.
- Keputusan dan Komunikasi FOMC – Pernyataan resmi dan konferensi pers Powell akan memberi petunjuk penting mengenai timeline pemangkasan suku bunga.
- Data dan Kebijakan BoE – Inflasi Inggris yang masih lemah serta suara mayoritas MPC mendukung penahanan suku bunga, namun masih dipantau apakah pemangkasan masih mungkin.
- Geopolitik Timur Tengah – Lonjakan harga energi dan meningkatnya risiko global bisa menghambat pemulihan ekonomi dan mempengaruhi kebijakan moneter, terutama The Fed.
Secara keseluruhan, data makro dan hasil rapat bank sentral akan menjadi penggerak utama dalam mengarahkan nilai tukar mata uang, suku bunga global, dan sentimen risiko pasar. Investor dan pengambil kebijakan harus mencermati sinyal forward guidance dari kedua bank sentral utama yakni The Fed dan BoE, serta respons pasar terhadap kondisi geopolitis yang terus berubah.



