Tarif, Lapangan Kerja, dan The Fed : Fundamental AS Masih Kuat

327
The word FED Federal Reserve on US dollars as the economy concept, interest rates control to help world economy crisis

(Vibiznews – Economy & Business) Memasuki bulan Agustus, pasar keuangan global dihadapkan pada sejumlah berita ekonomi penting dari Amerika Serikat yang mampu mengguncang arah sentimen investor. Di satu sisi, laporan laba perusahaan menunjukkan kinerja yang jauh di atas ekspektasi. PDB kuartal kedua juga mengejutkan ke atas. Namun, kekhawatiran baru muncul dari sisi ketenagakerjaan dan arah kebijakan moneter Federal Reserve (The Fed), sementara isu tarif belum juga reda.

Lantas, bagaimana arah ekonomi AS ke depan? Dan apa dampaknya bagi pasar global ?

Laba Perusahaan dan PDB: Titik Cerah di Tengah Awan Mendung

Musim laporan keuangan kuartal kedua memberikan kejutan positif bagi pasar. Sejauh ini, rata-rata pertumbuhan laba perusahaan tercatat sekitar 10 persen secara tahunan, hampir dua kali lipat dari ekspektasi awal kuartal yang hanya 4,9 persen. Hal ini menandakan bahwa sektor korporasi AS tetap tangguh, meskipun di tengah tekanan inflasi, biaya pinjaman tinggi, dan ketidakpastian geopolitik global.

Tak hanya itu, rilis pertama pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal kedua mencapai 3 persen, mengungguli konsensus analis sebesar 2,5 persen. Angka ini menunjukkan bahwa perekonomian AS masih mampu bertahan, setidaknya untuk saat ini, didukung oleh konsumsi domestik dan belanja sektor swasta yang kuat.

Namun, di balik optimisme ini, dua kekuatan utama yaitu pasar tenaga kerja dan kebijakan suku bunga sedang menghadapi tantangan yang tidak bisa diabaikan.

Tarif Impor AS

Meskipun reli pasar saham sebagian didorong oleh membaiknya berita mengenai perjanjian dagang antara AS dengan mitra-mitra strategis seperti Jepang, Korea Selatan, dan Uni Eropa, kenyataannya tarif impor masih tinggi. Tarif rata-rata yang dikenakan tetap berada di sekitar 15 persen, angka yang jauh lebih tinggi dibandingkan standar historis Amerika Serikat.

Beberapa negara seperti India, Brasil, Meksiko, Kanada, dan Taiwan belum berhasil mencapai kesepakatan dagang baru dengan AS, sehingga berpotensi menghadapi tarif yang lebih berat dalam waktu dekat. Dari perspektif pasar, memang terlihat bahwa pengumuman tarif kerap menjadi bagian dari taktik negosiasi, dan pada akhirnya akan mengarah pada kesepakatan dengan tarif yang lebih rendah dari ancaman awal. Namun demikian, tarif tersebut tidak akan turun ke 0 persen dalam waktu dekat.

Pasar Tenaga Kerja Mulai Melemah?

Laporan ketenagakerjaan bulan Juli menjadi titik balik yang penting. Hanya terdapat tambahan 73.000 pekerjaan baru selama bulan tersebut, jauh di bawah ekspektasi analis. Namun yang lebih mengkhawatirkan adalah revisi besar-besaran terhadap data bulan Mei dan Juni, yang secara total dikurangi sebesar 258.000 pekerjaan. Dengan revisi ini, laju penciptaan lapangan kerja dalam tiga bulan terakhir hanya sekitar 35.000 per bulan, angka yang tergolong rendah untuk ekonomi sebesar AS.

Data ini bisa jadi mengindikasikan bahwa perusahaan mulai menahan diri dalam melakukan ekspansi dan perekrutan, seiring meningkatnya ketidakpastian ekonomi. Keputusan bisnis yang lebih hati-hati bisa mencerminkan kekhawatiran terhadap masa depan, baik karena ketegangan perdagangan, tekanan biaya, maupun ketidakpastian arah suku bunga The Fed.

Pasar tenaga kerja adalah komponen vital dalam perekonomian AS. Ketika pertumbuhan pekerjaan melambat, maka konsumsi domestik juga berisiko menurun, mengingat sebagian besar pertumbuhan ekonomi AS didorong oleh konsumsi rumah tangga.

The Fed dan Dilema Kebijakan Moneter

Pada pertemuan terakhirnya, Federal Reserve memutuskan untuk tidak mengubah suku bunga. Namun, menariknya, dua anggota dewan gubernur yakni Christopher Waller dan Michelle Bowman justru menyatakan ketidaksepakatan terhadap keputusan tersebut. Ini adalah kali pertama sejak tahun 1993 terdapat dua dissenting votes dalam FOMC.

The Fed memang telah menyampaikan bahwa mereka akan bergantung pada data (data-dependent), dan tidak akan mengambil keputusan hanya berdasarkan asumsi jangka pendek. Dalam konferensi persnya, Ketua The Fed Jerome Powell menolak berkomitmen pada penurunan suku bunga dalam waktu dekat, meskipun ia mengakui adanya perlambatan dalam paruh pertama tahun 2025.

Namun pasar memiliki pandangan berbeda. Data CME FedWatch menunjukkan bahwa pelaku pasar memperkirakan lebih dari 90 persen kemungkinan akan terjadi setidaknya dua kali penurunan suku bunga sebelum akhir tahun.

Dengan inflasi yang masih bertahan dan pasar tenaga kerja yang melemah, The Fed berada dalam posisi sulit. Jika mereka menurunkan suku bunga terlalu cepat, mereka bisa memicu inflasi baru. Namun jika terlalu lambat, mereka berisiko membiarkan pelemahan ekonomi makin dalam. Semua mata kini tertuju pada simposium tahunan The Fed di Jackson Hole, akhir Agustus ini, di mana biasanya Ketua The Fed menyampaikan sinyal arah kebijakan selanjutnya.

Data inflasi terbaru akan dirilis pada pekan kedua Agustus, disusul oleh laporan ketenagakerjaan dan inflasi bulan September sebelum pertemuan FOMC berikutnya. Kedua data tersebut akan sangat menentukan.

Apa Dampaknya Bagi Investor dan Pasar Global?

Secara umum, meskipun terdapat tekanan dari sisi tarif dan pasar tenaga kerja, kekuatan laba korporasi dan pertumbuhan ekonomi yang solid masih memberikan bantalan bagi pasar saham. Untuk investor, ini bukan saat yang tepat untuk panik atau melakukan perubahan drastis pada portofolio.

Sebaliknya, pendekatan yang lebih bijak adalah melakukan rebalancing untuk memastikan portofolio tetap sejalan dengan tujuan jangka panjang. Diversifikasi lintas sektor, gaya investasi, wilayah geografis, serta memperhatikan kualitas kredit dan durasi dalam aset pendapatan tetap menjadi strategi yang disarankan di tengah ketidakpastian saat ini.

Arah Masih Belum Jelas, Tapi Fundamental Ekonomi Masih Kuat

Ekonomi AS saat ini berada di persimpangan. Di satu sisi, data makro ekonomi seperti laba perusahaan dan PDB menunjukkan kekuatan yang luar biasa. Di sisi lain, tekanan dari tarif, melambatnya penciptaan lapangan kerja, dan dilema kebijakan suku bunga mengisyaratkan bahwa ekonomi tidak sepenuhnya stabil.

Dengan pasar yang sangat responsif terhadap sinyal dari The Fed dan data ekonomi berikutnya, beberapa pekan ke depan akan menjadi krusial. Baik bagi pembuat kebijakan maupun investor, kehati-hatian dan kesiapan untuk beradaptasi menjadi kunci dalam menghadapi ketidakpastian yang terus berkembang.

Meskipun tantangan masih membayangi, mulai dari ketidakpastian tarif hingga potensi pelemahan pasar tenaga kerja tetapi  fundamental ekonomi Amerika Serikat tetap menunjukkan daya tahan yang mengesankan. Laba perusahaan yang solid dan pertumbuhan PDB yang di atas ekspektasi memberi sinyal bahwa roda ekonomi masih berputar dengan baik.

Bagi investor dan pelaku pasar, situasi ini bukan alasan untuk khawatir berlebihan, melainkan momentum untuk meninjau ulang strategi, memperkuat diversifikasi, dan bersiap menghadapi peluang baru. Dengan pendekatan yang cermat dan berorientasi jangka panjang, badai ketidakpastian ini justru dapat menjadi angin segar menuju masa depan yang lebih stabil dan menguntungkan.