Cadangan Emas Dunia Lampaui Treasury AS untuk Pertama Kalinya dalam 30 Tahun

494

(Vibiznews-Economy & Business)

Pasar emas global dalam dua tahun terakhir mencatatkan reli yang konsisten, dengan permintaan bank sentral menjadi faktor utama di balik kenaikan harga yang hampir tak terbendung. Momentum ini tidak hanya mendorong emas mencapai harga tertinggi dalam sejarah, tetapi juga menandai pergeseran struktural dalam tatanan keuangan global.

Menurut Tavi Costa, Partner dan Makro Strategis di Crescat Capital, tren ini baru memasuki tahap awal. Dalam wawancara dengan Kitco News, ia menekankan bahwa bank sentral masih berada dalam fase awal akumulasi emas resmi, meskipun cadangan emas global baru saja melampaui kepemilikan Treasury AS untuk pertama kalinya sejak 1996. Pencapaian ini menjadi tonggak penting yang memperlihatkan perubahan preferensi aset cadangan global dari surat utang AS menuju emas.

Emas Menggantikan Treasury dalam Cadangan Global

Dalam beberapa dekade terakhir, Treasury AS selalu dianggap sebagai aset paling aman di dunia. Namun, seiring meningkatnya ketidakpastian ekonomi dan membengkaknya utang pemerintah AS, status ini mulai dipertanyakan.

Laporan Bank Sentral Eropa pada Juni lalu bahkan mengungkapkan bahwa emas kini telah melampaui euro dalam cadangan resmi global. Hal ini mengindikasikan bahwa bank sentral di seluruh dunia semakin melihat emas bukan sekadar komoditas, melainkan sebagai instrumen lindung nilai utama terhadap risiko ekonomi, inflasi, dan pelemahan mata uang fiat.

Costa menegaskan bahwa pergeseran ini wajar mengingat tingkat utang global, khususnya di AS, telah tumbuh pada tingkat yang tidak berkelanjutan. Defisit fiskal yang melebar serta defisit transaksi berjalan menjadi dua faktor yang melemahkan kredibilitas dolar AS. “Untuk pertama kalinya dalam sejarah, AS menghadapi dilema ini,” ujar Costa. Ia menambahkan bahwa dalam situasi sekarang, dolar AS bahkan bisa dikategorikan sebagai mata uang fiat yang paling overvalued dibandingkan mata uang lain.

Inflasi dan Daya Tarik Emas

Salah satu poin penting dari analisis Costa adalah bagaimana inflasi dipandang sebagai cara tak terhindarkan untuk mengelola beban utang pemerintah yang menumpuk. Ketika inflasi dibiarkan naik, nilai riil utang menurun, namun di sisi lain, daya beli dolar AS juga ikut tergerus.

Dalam konteks inilah emas menjadi semakin menarik. Sebagai aset dengan nilai intrinsik yang tidak bergantung pada keputusan kebijakan moneter atau fiskal, emas dipandang sebagai benteng pertahanan utama terhadap penurunan daya beli mata uang.

Bahkan dengan harga saat ini yang berada di kisaran $3.500 per ons, Costa menilai emas masih undervalued. Menurutnya, ketidakseimbangan di tingkat makroekonomi global begitu parah sehingga harga emas masih sangat jauh dari “nilai wajar” yang seharusnya.

Peran Negara Berkembang dalam Akumulasi Emas

Data terbaru menunjukkan bahwa permintaan emas dari negara berkembang menjadi pendorong utama pertumbuhan cadangan resmi. Banyak negara berkembang yang kini memperkuat cadangan emas mereka sebagai langkah diversifikasi dan perlindungan terhadap volatilitas nilai tukar.

Namun, Costa memperkirakan bahwa tren ini tidak akan berhenti di negara berkembang. Jika pelemahan dolar berlanjut, bank sentral negara maju pada akhirnya juga akan terdorong untuk menambah cadangan emas mereka.

Salah satu alasan mengapa bank sentral negara maju, seperti di Eropa, belum menambah emas secara signifikan adalah karena rasio cadangan mereka terhadap emas sudah relatif tinggi. Misalnya, Jerman memegang sekitar 3.350 ton emas yang merepresentasikan 77,5% dari cadangan devisanya. Sementara itu, cadangan emas Portugal bahkan mencakup 84% dari total cadangan resminya. Di sisi lain, AS sendiri memiliki cadangan emas terbesar di dunia dengan porsi 78% dari total cadangan resminya.

Meski begitu, Costa menegaskan bahwa jika nilai dolar dan Treasury AS terus merosot, semua bank sentral, termasuk negara maju, akan dipaksa membeli emas untuk melindungi daya beli mata uang mereka.

Dampak bagi Investor Global

Bagi investor, pesan yang ingin disampaikan Costa jelas: bahkan pada level harga saat ini, emas masih layak dimiliki untuk jangka panjang. Dalam pandangannya, investor tidak seharusnya khawatir bahwa harga emas sudah terlalu tinggi. Sebaliknya, ia menilai bahwa kita akan melihat harga emas berlipat ganda dari level sekarang dalam beberapa tahun mendatang.

“Dalam 10 tahun dari sekarang, kita akan melihat ke belakang dan berkata, ‘betapa bodohnya kita berpikir bahwa harga emas saat ini sudah mendekati puncak,’” ungkapnya. “Ketidakseimbangan global yang ada begitu dalam dan serius sehingga harga emas seharusnya jauh lebih tinggi dari posisi sekarang.”

Selain faktor struktural jangka panjang, Costa juga melihat adanya katalis jangka pendek yang dapat mendukung momentum emas. Ia menyoroti kemungkinan pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve sebagai pemicu tambahan yang dapat membawa harga emas lebih tinggi hingga akhir tahun.

Mengapa Hal Ini Penting?

Perubahan arah cadangan global dari Treasury menuju emas memiliki dampak besar bagi sistem keuangan internasional. Selama puluhan tahun, dolar AS dan obligasi pemerintah AS menjadi tulang punggung sistem keuangan dunia. Namun, jika kepercayaan terhadap instrumen ini semakin terkikis, maka fondasi sistem tersebut bisa bergeser.

Emas, yang tidak bisa dicetak atau dimanipulasi oleh kebijakan pemerintah, kembali mendapatkan perannya sebagai “mata uang dunia” sejati. Dengan semakin banyak bank sentral yang mengakumulasi emas, maka peran dolar sebagai mata uang cadangan global bisa mengalami penurunan bertahap.

Perjalanan Reli Emas Belum Berakhir

Reli emas dalam dua tahun terakhir bukan hanya soal harga yang melonjak, tetapi juga tentang perubahan fundamental dalam strategi cadangan global. Fakta bahwa cadangan emas resmi kini melampaui kepemilikan Treasury AS untuk pertama kalinya dalam 30 tahun adalah sinyal jelas bahwa kepercayaan dunia terhadap dolar mulai melemah.

Dengan ketidakseimbangan ekonomi global yang semakin mendalam, tren diversifikasi menuju emas kemungkinan akan berlanjut, baik oleh negara berkembang maupun negara maju. Bagi investor, ini berarti emas tetap menjadi salah satu aset paling relevan untuk jangka panjang, tidak hanya sebagai lindung nilai terhadap inflasi, tetapi juga sebagai instrumen yang melindungi kekayaan di tengah ketidakpastian global.

Dengan kata lain, meskipun harga emas saat ini sudah berada di level tertinggi sepanjang sejarah, perjalanan reli emas tampaknya baru saja dimulai.