Bukan Sekadar Rate Cut: Mengapa Pertemuan The Fed Kali Ini Bisa Guncang Pasar Global

584

(Vibiznews – Economy) – Pertemuan Federal Reserve (The Fed) pekan ini diperkirakan akan menjadi salah satu yang paling penting dan penuh manuver dalam beberapa tahun terakhir.

Setelah berbulan-bulan tarik-menarik antara ancaman inflasi yang masih tinggi dan tanda-tanda pelemahan serius di pasar tenaga kerja, para pengambil kebijakan bank sentral AS hampir pasti akan memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin.

Namun, keputusan tersebut hanyalah puncak gunung es dari serangkaian dinamika politik, ekonomi, dan kelembagaan yang kini membentuk arah kebijakan moneter Amerika Serikat.

 

Pemangkasan Suku Bunga Hampir Pasti

Konsensus pasar menunjukkan bahwa The Fed akan memangkas suku bunga acuan ke kisaran 4%–4,25%. Berdasarkan data CME FedWatch, peluang pemangkasan 25 basis poin hampir mencapai kepastian penuh, sementara probabilitas pemangkasan lebih besar, yakni 50 basis poin, hanya sekitar 6,6%.

Jika benar, ini akan menjadi pemangkasan pertama sejak Desember lalu, menandai perubahan arah kebijakan dari sikap “tunggu dan lihat” menjadi lebih akomodatif.

Bagi The Fed, langkah ini tidak sederhana. Di satu sisi, inflasi masih berada di atas target tahunan 2%, dengan data terbaru menunjukkan indeks harga konsumen (CPI) naik 2,9% secara tahunan pada Agustus, tertinggi sejak Januari.

Core inflation, yang mengesampingkan harga pangan dan energi, bahkan lebih tinggi di 3,1%. Tekanan inflasi ini sebagian dipicu oleh kebijakan tarif impor besar-besaran dari Presiden Donald Trump.

Di sisi lain, pasar tenaga kerja tampak lebih rapuh: data terbaru menunjukkan penambahan lapangan kerja yang sangat sedikit sejak Mei, bahkan sempat mengalami kontraksi pada Juni.

Lebih mengkhawatirkan lagi, Biro Statistik Tenaga Kerja AS (Bureau of Labor Statistics atau BLS) merevisi ke bawah data penciptaan lapangan kerja akhir 2024 dan awal 2025 sebesar 911.000. Angka-angka ini membuat kekhawatiran terhadap ketahanan pasar tenaga kerja semakin nyata.

Dilema Ganda: Inflasi vs. Tenaga Kerja

The Fed selalu berpegang pada mandat ganda: menjaga stabilitas harga sekaligus memastikan lapangan kerja maksimal. Namun, kondisi saat ini membuat kedua tujuan tersebut sulit dicapai secara bersamaan.

Jika The Fed mempertahankan suku bunga tinggi untuk menekan inflasi, risiko resesi tenaga kerja akan semakin besar.

Sebaliknya, jika suku bunga diturunkan terlalu cepat untuk menyelamatkan pasar tenaga kerja, inflasi bisa kembali melambung, terutama di tengah kebijakan tarif Trump yang mendorong biaya impor dan harga barang domestik.

Banyak ekonom menilai The Fed pada akhirnya lebih memilih menyelamatkan pasar tenaga kerja. “Meski inflasi masih mendidih, kondisi pasar tenaga kerja yang rapuh akan mendorong Fed memangkas suku bunga, baik pada September maupun di bulan-bulan berikutnya,” tulis analis Wells Fargo Securities dalam catatan riset.

 

Seberapa Banyak Lagi Pemangkasan?

Selain keputusan pemangkasan September, perhatian pasar akan tertuju pada proyeksi terbaru The Fed tentang arah kebijakan ke depan. Pada proyeksi terakhir bulan Juni, The Fed memperkirakan suku bunga akan berada di kisaran 3,75%–4% pada akhir tahun.

Itu berarti, setelah pemangkasan pekan ini, masih ada ruang untuk setidaknya satu kali pemangkasan tambahan agar sesuai dengan target tersebut.

Namun, melihat kondisi pasar tenaga kerja yang kian goyah, sejumlah ekonom memprediksi pemangkasan bisa lebih agresif. Deutsche Bank, misalnya, memperkirakan The Fed akan memangkas dua kali lagi pada sisa tahun ini, sehingga suku bunga turun ke kisaran 3,5%–3,75%.

Jika skenario ini terjadi, maka kebijakan moneter AS akan bergerak lebih cepat ke arah akomodatif, dengan implikasi besar terhadap dolar, imbal hasil obligasi, dan harga aset global seperti emas.

 

Perbedaan Pandangan di Internal The Fed

Biasanya, keputusan suku bunga The Fed diambil secara konsensus bulat. Namun kali ini, perbedaan  pandangan terjadi antar anggota FOMC (Federal Open Market Committee) Beberapa anggota cenderung mendukung pemangkasan cepat, sebagian lain ingin mempertahankan status quo, sementara yang lain lagi setuju dengan pemangkasan tapi dalam ritme lebih lambat. Artinya, untuk pertama kalinya dalam puluhan tahun, FOMC bisa saja menghasilkan voting dengan tiga pilihan berbeda.

Ekonom Deutsche Bank, Matthew Luzetti, bahkan menyebut pertemuan ini berpotensi menjadi yang pertama sejak 1988 di mana terdapat tiga perbedaan suara sekaligus.

Jika itu terjadi, akan mencerminkan betapa sulitnya mencapai konsensus di tengah tekanan inflasi dan pelemahan tenaga kerja yang saling bertentangan.

 

Dinamika Politik: Lisa Cook dan Trump

Menambah kompleksitas, pertemuan kali ini juga diwarnai drama politik. Presiden Trump bulan lalu secara kontroversial memecat Gubernur The Fed Lisa Cook sebagai langkah pertama dalam sejarah seorang presiden memberhentikan anggota dewan gubernur bank sentral.

Cook menggugat keputusan itu, dan pengadilan memutuskan ia tetap menjabat sementara hingga ada keputusan hukum final. Dengan demikian, kehadirannya dalam rapat FOMC Rabu mendatang masih menjadi tanda tanya besar.

Selain itu, Trump juga tengah mendorong pencalonan penasihat ekonominya, Stephen Miran, untuk masuk ke dewan gubernur. Jika Senat menyetujui pencalonan itu tepat waktu, Miran bisa langsung bergabung dalam pertemuan kali ini.

Situasi ini membuat komposisi pemungutan suara di FOMC menjadi lebih tidak pasti dari biasanya.

 

Pengaruh Politik Terhadap Independensi The Fed

Trump secara terbuka menuntut pemangkasan suku bunga lebih dalam, bahkan jauh di bawah ekspektasi pasar. Namun hingga kini, tidak ada satu pun anggota FOMC, termasuk mereka yang sebelumnya ditunjuk Trump, yang mendukung pemangkasan ekstrem tersebut.

Meski demikian, pengaruh politik ini meningkatkan kekhawatiran bahwa independensi The Fed bisa terkikis. Jika bank sentral tunduk pada tekanan politik, risiko inflasi jangka panjang dapat meningkat akibat kebijakan moneter yang terlalu longgar.

Bagi pasar, ketegangan politik ini menciptakan ketidakpastian tambahan. Investor harus mempertimbangkan bukan hanya data ekonomi, tetapi juga kemungkinan dinamika politik yang dapat memengaruhi arah kebijakan The Fed.

 

Dampak ke Pasar Global

Keputusan The Fed hampir selalu berdampak luas ke pasar global. Pemangkasan suku bunga kali ini berpotensi melemahkan dolar AS lebih lanjut, menurunkan imbal hasil obligasi pemerintah, dan meningkatkan harga emas yang sudah berada di tren naik. Pasar saham AS, yang saat ini masih mencatat kinerja solid, bisa menerima dorongan tambahan, meski risiko valuasi terlalu tinggi tetap ada.

Bagi negara berkembang, arah kebijakan The Fed menentukan arus modal global. Suku bunga yang lebih rendah di AS cenderung mendorong aliran dana ke emerging markets, memperkuat mata uang lokal, dan menurunkan biaya pinjaman. Namun, volatilitas bisa meningkat jika pasar menilai The Fed bertindak terlalu lambat atau terlalu agresif.

 

Lebih dari Sekadar Rate Cut

Pertemuan FOMC kali ini bukan sekadar keputusan teknis soal suku bunga, melainkan momen yang mencerminkan dilema fundamental, perpecahan internal, dan manuver politik yang membayangi bank sentral paling berpengaruh di dunia.

Dengan hampir pastinya pemangkasan suku bunga 25 basis poin, perhatian pasar akan beralih pada proyeksi ke depan, dinamika voting di internal, serta nasib Gubernur Lisa Cook. Dalam jangka pendek, arah kebijakan The Fed akan sangat ditentukan oleh kondisi pasar tenaga kerja yang semakin rapuh, meski risiko inflasi belum benar-benar hilang.

Bagi investor global, hasil rapat ini akan menjadi panduan utama dalam menilai prospek dolar, obligasi, saham, hingga komoditas seperti emas. Satu hal yang pasti: pertemuan The Fed kali ini jauh dari biasa-biasa saja.