Pasar Global Menanti Isyarat The Fed dari Pidato Powel

6969
fed

(Vibiznews – Economy & Business) Pasar keuangan global kembali bersiap menghadapi momen penting minggu ini ketika Ketua Federal Reserve, Jerome Powell, akan menyampaikan pidatonya pada Selasa malam, 14 Oktober 2025 pukul 23.20 WIB.

Pidato ini dinilai sangat krusial karena muncul di saat pasar sedang berada dalam posisi yang sensitif — antara kekhawatiran inflasi yang masih “lengket” dan tanda-tanda perlambatan pertumbuhan ekonomi AS.

Nada bicara dan arah panduan (guidance) Powell terhadap kebijakan moneter akan menjadi sorotan utama, sebab keduanya berpotensi memicu perubahan arah pada dolar AS, pasar obligasi, serta saham global.

Konteks Kebijakan The Fed Saat Ini

The Fed memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin pada 17 September lalu ke kisaran 4,00% – 4,25%, dengan salah satu anggota Komite, Miran, berbeda pendapat dan menginginkan pemangkasan yang lebih besar sebesar 50 basis poin.
Risalah rapat FOMC yang dirilis pada 8 Oktober memperlihatkan bahwa para pejabat The Fed masih berhati-hati terhadap inflasi meskipun kebijakan moneter sudah mulai longgar. Mereka menilai kondisi keuangan masih terlalu mudah, terutama karena reli aset berisiko dan lonjakan harga emas.

Menurut perkiraan staf The Fed, inflasi inti PCE pada Agustus tercatat 2,9% (year-on-year), sementara tingkat pengangguran berada di 4,3%. Angka-angka ini menunjukkan kemajuan dalam proses disinflasi, namun belum cukup untuk memastikan bahwa tekanan harga telah sepenuhnya terkendali.

Keterbatasan Data karena Penutupan Pemerintahan

Salah satu hambatan besar bagi The Fed saat ini adalah terhambatnya data ekonomi akibat penutupan sementara pemerintahan AS (government shutdown).
Akibatnya, sejumlah laporan penting,  termasuk data inflasi CPI untuk bulan September yang tertunda dan baru akan dirilis pada Jumat, 24 Oktober, hanya empat hari sebelum rapat FOMC berikutnya yang dijadwalkan 29 Oktober.

Kondisi ini membuat Powell diperkirakan akan menekankan pentingnya “bergantung pada data” (data-dependent policy) serta menjaga fleksibilitas kebijakan (optionalitas). Dengan kata lain, Powell kemungkinan besar tidak akan memberikan sinyal pasti apakah The Fed akan kembali memangkas suku bunga pada pertemuan Oktober nanti.

Pasar Sudah “Mendahului” The Fed

Sementara itu, pasar keuangan tampak lebih agresif dalam memperkirakan arah kebijakan The Fed.
Futures dan kontrak Overnight Index Swap (OIS) saat ini memproyeksikan bahwa pemangkasan suku bunga pada Oktober sudah hampir pasti terjadi, dengan probabilitas mencapai 90–100% menurut alat pemantau kebijakan CME FedWatch. Bahkan, sebagian besar pelaku pasar juga memperkirakan pemangkasan tambahan pada bulan Desember.

Hal inilah yang menjadi tantangan bagi Powell. Jika ia terlalu “dovish” — atau memberi sinyal mendukung ekspektasi pasar — risiko munculnya euforia berlebihan di pasar aset bisa meningkat. Sebaliknya, jika ia bersikap terlalu “hawkish”, Powell berisiko mengguncang pasar yang saat ini tengah menikmati kenaikan harga saham, penguatan emas, dan pelemahan dolar AS.

Kondisi Pasar: Aset Berisiko Menguat, Dolar Melemah

Beberapa pekan terakhir, harga emas menembus rekor tertinggi, saham teknologi kembali memimpin reli, sementara indeks dolar (DXY) melemah ke sekitar level 99.
Kondisi keuangan yang semakin longgar ini bisa menjadi perhatian Powell, karena dapat memperburuk tekanan inflasi yang masih belum sepenuhnya reda.

Selain itu, kenaikan tarif impor yang diberlakukan tahun ini juga menambah tekanan baru. Sejumlah pejabat The Fed, termasuk John Williams, memperkirakan kebijakan tarif tersebut dapat menambah sekitar 1 poin persentase terhadap inflasi pada akhir 2025 atau awal 2026.
Faktor ini memperkuat alasan bagi Powell untuk tetap berhati-hati dan menahan diri dari retorika pelonggaran yang terlalu agresif.

Apa yang Kemungkinan Akan Dikatakan Powell

Berdasarkan pandangan mayoritas analis, Powell diperkirakan akan mengambil nada seimbang dengan sedikit kecenderungan hawkish dibandingkan ekspektasi pasar saat ini.
Ada tiga pilar utama yang kemungkinan menjadi fokus pidatonya:

  1. “Proceed carefully / data-dependent.”
    Powell akan menekankan bahwa The Fed harus berhati-hati dan tetap bergantung pada data. Ia kemungkinan akan menyebutkan keterlambatan rilis data akibat shutdown dan menegaskan pentingnya hasil CPI 24 Oktober sebelum mengambil keputusan di rapat FOMC 28–29 Oktober.
  2. Risiko dua arah.
    Powell akan mengakui adanya perlambatan pasar tenaga kerja (dengan pengangguran di 4,3%) namun tetap menegaskan bahwa inflasi masih di atas target 2%. Ia juga akan mengingatkan bahwa dampak kenaikan tarif impor bisa kembali mendorong harga-harga naik.
  3. Kondisi keuangan yang longgar.
    Ia kemungkinan akan menyinggung bahwa reli aset dan penurunan yield menunjukkan kondisi keuangan yang “terlalu mudah”, sehingga The Fed tidak bisa menjalankan pelonggaran kebijakan secara otomatis.

Dengan kata lain, Powell tidak akan memberikan komitmen pasti terhadap pemangkasan suku bunga Oktober, tetapi akan menjaga fleksibilitas dengan pernyataan seperti “kami akan bertindak sesuai kebutuhan”. Nada semacam ini bisa diartikan sebagai isyarat hawkish halus, yang menyeimbangkan ekspektasi pasar.

Kemungkinan Skenario Reaksi Pasar

Jika Powell terdengar lebih dovish, misalnya dengan menyebut bahwa “penyesuaian kebijakan tambahan mungkin diperlukan dalam waktu dekat”, maka pasar kemungkinan akan merespons dengan:

  • Imbal hasil obligasi tenor pendek turun 5–8 basis poin
  • Dolar AS (DXY) melemah
  • Saham global menguat, terutama sektor teknologi

Sebaliknya, jika Powell menegaskan perlunya kesabaran karena inflasi tarif dan kondisi keuangan yang terlalu longgar, maka pasar bisa bereaksi sebaliknya:

  • Yield obligasi 2 tahun naik 3–6 basis poin
  • DXY menguat 0,2–0,4%
  • Sentimen risiko menurun, menekan saham dan aset berisiko

Sementara itu, emas masih bertahan di rekor tertinggi, menandakan minat tinggi terhadap aset lindung nilai di tengah ketidakpastian arah kebijakan moneter AS.

Powell di Persimpangan Jalan

Menjelang pidato Powell, skenario paling mungkin adalah kelanjutan pendekatan yang bergantung pada data. Powell akan berusaha menjaga keseimbangan antara kemajuan disinflasi dan risiko inflasi baru, sekaligus menghindari komitmen terlalu dini terhadap langkah berikutnya.

Jika nada pidatonya cenderung hawkish, imbal hasil obligasi kemungkinan naik dan dolar menguat tipis, menekan saham dan aset berisiko.
Sebaliknya, jika Powell lebih dovish, pasar bisa menafsirkan bahwa The Fed siap melanjutkan pelonggaran, mendorong penurunan yield, pelemahan dolar, dan reli aset global.

Namun, bagi investor, pesan utamanya jelas: yang perlu diperdagangkan bukan hanya isi pidato, melainkan arah narasi dan seberapa jauh pernyataan Powell menyimpang dari ekspektasi pasar saat ini.