Berdasarkan hasil pengamatan beberapa ekonom, cadangan mata uang asing di pasar negara ekonomi berkembang (emerging market) pada tahun lalu mengalami penurunan untuk pertama kalinya dalam dua dekade terakhir. Hal ini diakibatkan oleh memudarnya daya saing, aliran modal keluar yang besar, dan kekhawatiran atas kebijakan moneter Amerika Serikat (AS).
Emerging market dinilai telah melewati masa puncak kejayaan cadangan devisanya, bahkan cadangan devisa diproyeksikan akan terus menyusut dalam bulan-bulan mendatang. Jika tren cadangan devisa ini ke depan semakin melambat maka akan menghambat kemampuan pasar negara berkembang dalam membeli obligasi AS dan Eropa, yang selama ini menjadi mesin pertumbuhan di belahan Barat selama dekade terakhir.
Pada Selasa (31/3) kemarin, Dana Moneter Internasional (IMF) mengungkapkan bahwa total cadangan devisa di emerging market secara tahunan (yoy) pada 2014 turun sebesar USD114,5 menjadi UD7,7 triliun. Penurunan ini merupakan pertama kalinya sejak IMF merilis data tersebut pada 1995 atau dua dekade lalu. Cadangan terbesar atau yang disebut puncak cadangan di emerging market terjadi pada akhir kuartal kedua tahun lalu yang mencapai USD8,06 triliun.
Stephanie Rebecca/ VMN/VBN/ Analyst-Vibiz Research Center
Editor: Jul Allens