Kinerja Manufaktur Tanah Air Tertekan Depresiasi Rupiah

970

Bersamaan dengan rilis kinerja manufaktur Tanah Air, hari ini laju inflasi Indonesia juga kembali dirilis. Pasalnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melansir bahwa indeks harga konsumen (IHK) Indonesia pada September 2015 kemarin terjadi deflasi sebesar 0,05 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 121,67. Dengan demikian, maka tingkat inflasi periode Januari–September 2015 menjadi sebesar 2,24 persen dan tingkat inflasi pada September 2015 menjadi sebesar 6,83 persen (yoy), dimana laju inflasi tersebut merupakan yang terendah dalam kurun 5 (lima) bulan terakhir. (Lihat juga: Daya Beli Masyarakat Turun, September 2015 Deflasi Indonesia 0,05%)

Rilis laju inflasi Tanah Air berhasil mereda pada bulan lalu, tapi sayang tidak demikian dengan indeks manufaktur Indonesia yang justru berbalik melemah pada bulan September lalu. Kondisi tersebut tercermin pada PMI Nikkei Manufacturing Indonesia yang rilis hari ini (1/10) dan melaporkan skor PMI turun ke skor 47,4 pada September lalu dari yang semula tercatat pada level 48,4 di bulan Agustus lalu. Dengan berakhirnya skor PMI manufaktur Tanah Air masih dibawah 50 hingga September lalu maka genap sudah 12 bulan terakhir kinerja manufaktur Indonesia berada di fase kontraksi. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Indonesia Manufacturing PMI

Indeks manufaktur Tanah Air pasalnya kembali memburuk pada September lalu setelah kenaikan dari 47,3 pada Juli menjadi 48,4 pada Agustus yang mengindikasikan perbaikan kondisi. Kondisi tenaga kerja di sektor manufaktur cukup mencemaskan ditengah pelemahan rupiah yang terus memburuk. Semua pabrik manufaktur di Indonesia berjuang untuk mendapatkan order baru di tengah kondisi perekonomian yang sulitkarena permintaan domestik lemah dan demikian juga dengan permintaan ekspor.

Tekanan depresiasi rupiah memang berdampak besar pada kinerja sektor manufaktur. Kenaikan harga bahan baku pada September adalah yang tertajam dalam 19 bulan terakhir. Kondisi tersebut telah memaksa pabrik-pabrik manufaktur menetapkan kenaikan harga produk ke level paling tajam dalam 8 bulan terakhir. Kombinasi antara inflasi dan depresiasi rupiah membatasi ruang bagi Bank Indonesia untuk mendongkrak kinerja ekonomi melalui kebijakan pengetatan moneter.

 

 

 

Stephanie Rebecca/VM/BNV/ Analyst at Vibiz Research Center
Edior: Asido Situmorang

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here