Seperti diketahui, Jerman adalah negara dengan ekonomi terbesar di Eropa. Secara umum, sektor jasa di negara ini berkontribusi hingga 70 persen terhadap PDB, sektor industri berkontribusi sebesar 29,1 persen, dan pertanian berkontribusi sebesar 0,9 persen. Adapun kebanyakan produk di negara ini adalah produk teknik seperti mobil, mesin, logam, dan bahan kimia. Kinerja sektor industri Jerman belakangan sedang melorot akibat lesunya permintaan domestik dan ekspor karena lesunya ekonomi global. Kondisi inilah yang kian menekan laju inflasi di Jerman.
Kantor Destatis siang ini (13/10) melaporkan tingkat laju inflasi Jerman tetap untuk periode yang berakhir pada September 2015. Dalam publikasi tersebut kembali dilaporkan bahwa inflasi Jerman kembali melambat atau mencatat deflasi seperti yang sudah diperkirakan sebelumnya. Seperti diperkirakan, inflasi harga konsumen Jerman pada bulan lalu stagnan pada level nol persen turun dari laju inflasi yang tercatat di bulan Agustus yaitu sebesar 0,2 persen. Tren inflasi Jerman dalam setahun terakhir dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
Melambatnya laju inflasi Jerman pada bulan lalu disebabkan oleh rendahnya harga energi yang lagi-lagi bukukan penurunan hingga 9,3 persen di bulan tersebut. Pasalnya, jika tidak termasuk harga energi, maka laju inflasi Jerman pada September lalu dapat bukukan pertumbuhan hingga 1,1 persen. Sementara itu, harga barang juga menurun 1,3 persen, sementara harga makanan naik 1,1 persen. Pada saat yang sama, biaya jasa juga naik sebesar 1,1 persen.]
Deflasi Jerman ini juga sebetulnya sudah tercermin dari omset penjualan ritelnya pada bulan Agustus lalu yang bukukan penurunan dengan bukukan kontraksi sebesar -0,4 persen (mom), dimana realisasi tersebut jauh dibawah realisasi pertumbuhan yang tercatat dibulan Juli yaitu sebesar 1,6 persen (mom). Turun cukup tajamnya omset penjualan di bisnis ritel ini cukup mensinyalkan bahwa saat ini sektor riil sedang enggan untuk berbelanja dikarenakan tren arah ekonomi global yang masih cenderung negatif, sehingga membuat kekhawatiran pelaku pasar meningkat.
Stephanie Rebecca/VM/BNV/ Analyst at Vibiz Research Center
Edior: Asido Situmorang