Kali ini adalah pekan yang sulit bagi dollar AS untuk diminati kembali meski terlihat ada sisi positif dari CPI inti 1.9% dan survei konsumen dari Michigan memperlihatkan peningkatan di angka 92.1 vs 87.2 membuat dollar AS sempat mengkoreksi pelemahan. Masalahnya adalah dalam dua minggu perdagangan kedepan sampai pertemuan The Fed 29-30 Oktober, para investor telah mengesampingkan sementara harapan kenaikan suku bunga juga karena serapan tenaga kerja (Non Farm Payroll) ambruk dan konsumsi turun yang dipandu pada kelemahan data Retail Sales.
Akankah dollar AS pekan ini mampu mengembalikan rebound di akhir pekan lalu merupakan hal yang agak sulit karena minim arahan indikator fundamental. Pekan ini hanya akan menemui data dari sektor perumahan yaitu izin banguan (Building Permits), pembangunan rumah baru (Housing Starts), dan perkembangan penjualan rumah yang sduah ada (Existing Home Sales), kesemua data tersebut diperkirakan akan merefleksikan dampak anjloknya serapan tenaga kerja AS dua bulan berturut dan tingkat upah yang stagnan diperkirakan akan membuat belanja konsumen disektor properti juga melambat.
Akan tetapi, bukan tidak mungkin dollar AS sesekali akan bangkit jika ketua The Fed Janet Yellen kembali berdiri di atas podium pada hari Selasa (20/10) dan memancing adanya harapan kenaikan suku bunga dengan mengatakan beberapa perbikan arah inflasi. Namun seperti diketahui bahwa ketika data AS berada di bulan-bulan yang menujukan pekemabangan yang solid Yellen dalam kesempatanya belum mengatakan komitmen kenaiakan suku bunga, apa lagi dengan kemunduran yang ditunjukan baru-baru ini maka ia akan tetap menggantungkan pada perkembangan data.
Sementara itu, perdagangan pekan ini pasar akan tetap memiliki pergerakan yang menarik dengan ditunjukanya arahan awalan dari Perekonomian Tiongkok yaitu rilis PDB untuk kuartal ketiga. Akhir-akhir ini Tiongkok sering disebut-sebut oleh beberapa Bank Sentral bahkan juga The Fed, ekonomi besar Tiongkok sering dianggap cerminan dari pelambatan ekonomi global baru-baru ini dan juga sering memicu kekhawatiran di pasar equitas jika mucul data yang mengecewakan.
Selain PDB dari Tiongkok, perekonomian tirai bambu juga akan memperlihatkan data Retail Sales. Meski memliliki perkiraan Retail Sales pada pertumbuhan stabil namun sebelumnya kita telah diberitahu bahwa permintaan telah jatuh seperti yang ditunjukan oleh data Import Tiongkok -20,3%. Para ekonom bahkan memperkirakan PDB akan mengalami penurunan dari laporan sebelumnya 7%, ini akan memberikan resiko pada Aussie dan negara berkembang, dan Yen memiliki kemungkinan memerankan safe haven menekan dollar AS. Namun jika data Tiongkok kali ini menggembirakan maka kondisi pasar akan berakhir sebaliknya.
Memantau kekuatan dollar AS terhadapa sekeranjang mata uang lainnya pada index dollar saat ini (07:40:11 GMT+7) begulir di level 94.60, belum memiliki arah pergerakan dan masih menempel dari pembukaan 94.62. Sementara itu dalam tiga pekan index ini bergulir dalam penurunan, dan pada pekan lalu sempat mencapai rendah di level 93.79 dan koreksi kecil mengakhir penutupan di level 94.69.
Secara teknikal, Analyst Vibiz Resarch Center melihat upaya rebound index dollar AS akhir pekan kemarin masih dikatakan fase koreksi jika belum sanggup menembus resisten kisaran 95.00 sebagai tanda perubahan trend menjadi berbalik bullish. Berdasarkan level tinggi dan redah sebebelumnya maka index dollar AS hari ini masih akan berada di bawah 95.00 sebagai resisten terdekata yang mungkin dites, sementara target bearish hari ini diperkirakan akan sampai pada level 94.14.
Irfan Purnawan/VBN/VMN/Analyst Vibiz Research Center
Editor : Asido Situmorang