Defisit Dagang Jepang Tergerus Banyak

895

Data perdagangan di Jepang merupakan salah satu indikator ekonomi yang paling penting bagi dewan Bank of Japan (BOJ) sebelum pertemuan pada 30 Oktober mendatang untuk mempertimbangkan apakah Jepang membutuhkan lebih banyak stimulus moneter untuk memicu inflasi dan kegiatan ekonomi atau tidak. Dalam data perdagangan tersbeut tebtu tidak lepas dari data ekspor dan impor, pasalnya, laju ekspor Jepang untuk periode yang berakhir pada September 2015 lalu dilaporkan melambat ke level terendahnya dalam kurun lebih dari satu tahun terakhir.

Tergerus tajamnya kegiatan ekspor Jepang pada bulan lalu terjadi lantaran ekspor ke Asia seperti ke Tiongkok, India, Indonesia, Thailand dan Malaysia semua bukukan penurunan karena perlambatan ekonomi Tiongkok turun drastis meskipun ekspor ke Eropa dan AS berhasil mengimbanginya. Adapun nilai ekspor Jepang tercatat hanya tumbuh 0,6 persen (yoy) pada bulan September lalu, laju ekspor ini jelas dibawah prediksi analis yang sebelumnya memperkirakan pertumbuhan sebesar 3,8 persen.

Sementara itu, nilai impornya justru tenggelam lebih dari bulan sebelumnya dengan bukukan penurunan hingga -11 persen, kondisi ini mencerminkan tingkat permintaan domestik Jepang masih cukup lemah ditambah lagi penurunan harga minyak belakangan ini tentu juga memengaruhi nilai impor Jepang. Kombinasi ekspor impor tersebut berhasil menekan defisit neraca perdagangan Jepang periode September 2015 menjadi hanya sebsesar -¥114.500.000.000 ($ 955.000.000), dari yang semula tercatat sebesar ¥569.900.000.000. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

 Japan Balance of Trade

Seperti diketahui ekonomi Jepang mencatat kontraksi pada kuartal kedua lalu dan sampai saat ini kemerosotan dalam produksi industri masih berlangsung akibat permintaan domestik meupun ekspor yang masih lemah, hal tersebut yang kemudian membuat ekonom pesimis bahwa ekonomi Jepang pada kuartal ketiga lalu akan kembali lanjutkan kontraksi. Adapun lemahnya ekspor pada bulan September lalu juga terlihat dari segi volume pengiriman, dimana bukukan penurunan sebesar 3,9 persen dari tahun sebelumnya.

Secara rinci disebutkan bahwa ekspor Jepang ke AS naik lebih dari 10 persen pada September, dengan ekspor penjualan mobil dan farmasi yang terfavorit. Lalu ekspor ke Eropa naik 5,1 persen sementara ekspor ke Tiongkok turun 3,5 persen. Sementara itu volume impor minyak mentah naik 1,1 persen pada September lalu dengan penurunan nilai hampir 44 persen setelah bukukan penurunan harga energi sejak tahun lalu.

Sebagai informasi, berdasarkan rilis sebelumnya terlihat bahwa aktivitas industri Jepang masih bertahan pada teritori negatif pada bulan Agustus lalu dimana tingkat output industri Jepang pada bulan tersebut tercatat kontraksi sebesar -1,2 persen (mom), laju kontraksi tersebut jauh lebih dalam dari yang tercatat di bulan sebelumnya. Terus memburuknya laju produksi dari sektor industri di negara ini tidak lepas dari kondisi ekonomi global saat ini yang cukup menekan permintaan ekspor dari sektor industri. Sebelumnya sudah dilaporkan bahwa PMI Nikkei Manufaktur bulanan Jepang untuk periode September lalu kembali tercatat melambat dari bulan sebelumnya, meskipun secara keseluruhan kinerja manufaktur Jepang masih berada di fase ekspansi. Lihat juga: Ekspor Masih Lesu, Output Industri Jepang Terpukul)

 

 

 

Stephanie Rebecca/VM/BNV/ Analyst at Vibiz Research Center
Edior: Asido Situmorang

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here