Pertumbuhan Upah Terhambat, Laju Belanja Ritel Jepang Negatif

738

Sebelumnya, masih di pekan ini sudah dilaporkan lebih dulu bahwa rilis awal kinerja manufaktur Jepang untuk bulan Oktober ini berhasil bukukan pertumbuhan yang lebih baik dari yang tercatat di bulan sebelumnya. Berdasarkan survei terbaru dari Nikkei Manufacturing, terlihat bahwa skor PMI Manufaktur Flash Jepang pada bulan Oktober ini berhasil naik ke level 52,5 dari yang dibulan sebelumnya hanya berakhir pada level 51. Menguatnya skor PMI manufaktur Jepang ini menjadi sinyal positif yang menandakan bahwa kinerja di sektor manufaktur Jepang masih berhasil bertahan di fase ekspansi meskipun perekonomian global sedang melemah. (Lihat juga: Rilis Awal Kinerja Manufaktur Jepang Bulan Ini Sinyalkan Pertumbuhan Positif)

Menyusul rilis positif tersebut, Kementerian Ekonomi, Perdagangan dan Industri Jepang siang ini (28/10) kembali merilis tingkat penjualan ritel negaranya untuk periode yang berakhir pada September 2015. Dalam rilis tersebut tercatat bahwa secara tahunan, laju belanja ritel pada bulan llu tercatat turun sebesar -0,2 persen (yoy) dari tahun sebelumnya, tetapi jika dilihat secara bulanan laju belanja ritel pada bulan lalu justru bukukan kenaikan sebesar 0,7 persen dari bulan sebelumnya, dimana pada bulan Agustus pertumbuhan laju belanja ritel Jepang tercatat flat. Dapat dilihat tren belanja ritel Jepang dalam kurun setahun terakhir pada basis tahunan pada gambar dibawah ini:

Japan Retail Sales YoY

Pada basis tahunan memang terlihat bahwa tren belanja ritel di negara ini cenderung menurun, hal ini disebabkan oleh turunnya pendapatan di sektor rumah tangga sehingga tentu dampak langsungnya adalah konsumen lebih memilih untuk menekan laju konsumsinya. Sekedar mengingatkan pada periode Q2-2015 lalu pertumbuhan ekonomi Jepang menyusut dan beberapa ekonom memprediksi penyusutan atau kontraksi tersebut akan berlanjut hingga Q3-2015 sebagai dampak dari perlambatan ekonomi di Tiongkok yang telah menekan permintaan impor atas barang pabrik Jepang.

Meski demikian, bank sentral Jepang (BOJ) meyakini ekonomi Jepang tetap akan tumbuh moderat meski berbagai tekanan eksternal cukup besar menerpa dan tidak bisa dihindari. BOJ juga optimis laju inflasi Jepang dapat mendekati target yang sudah dipatok yaitu sebesar 2 persen pada tahun 2016 mendatang. Sejauh ini, sebagian besar pejabat BOJ masih enggan untuk memperluas program stimulus agresifnya, karena mereka menilai langkah tersebut kurang efektif untuk mendorong pertumbuhan inflasi.

Masalah utama Jepang selama ini adalah rendahnya laju inflasi yang sulit sekali dinaikkan selama beberapa dekade terakhir. Dalam hal ini, BOJ memang tidak boleh menunjukkan pesimismenya terhadap pasar karena hal tersbeut akan memperkeruh keadaan, tentunya jika BOJ menunjukkan pesimismenya, sebagian besar pengusaha akan menahan rencana belanja modal dan kenaikan upah. Yang mana hal tersebut akan langsung memengaruhi tingkat konsumsi, dan akibatnya inflasi tidak akan tumbuh, justru deflasi berkelanjutan yang akan tercatat. Oleh sebab itu meski sampai hari ini laju inflasi Jepang masih cukup jauh dari target, BOJ tetap optimis dapat menembus target tersebut.

 

Stephanie Rebecca/VM/VBN/ Analyst at Vibiz Research Center
Editor: Asido Situmorang

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here