Kabut asap yang menyebabkan polusi udara di Singapura akibat terbakarnya hutan-hutan di Indonesia telah menimbulkan banyak ketidaknyamanan. Namun bisnis yang satu ini malah melejit: travel keluar dari Singapura.
Diberitakan banyak masyarakat Singapura yang mencari tempat pelarian dari kondisi kabut asap yang terburuk di sekitar bulan September dan Oktober. Website travel Skyscanner menyebutkan banyaknya pencari perjalanan (travel) ke luar negeri dari awal September sampai Oktober yang telah naik sampai 50 persen, demikian dikutip menurut CNBC hari ini (9/11).
Website lainnya, Hotels.com, juga melihat kenaikan serupa. “Dari September dan selanjutnya kami melihat peningkatan perjalanan keluar (outbound travel) di Singapuran dan Indonesia sebesar lebih dari 20 persen bulan ke bulannya,” jelas Abhiram Chowdhry, managing director untuk Asia-Pacific dari Hotels.com.
Perusahaan travel lokal Singapura lainnya juga ada yang menyebutkan melihat kenaikan sekitar 20 persen setahunnya untuk periode di bulan September dan Oktober, perjalanan dari Singapura ke Eropa, Australia, New Zealand dan China.
Lisa Clayton, direktur dari OzFit/UFit Bootcamps, termasuk salah satu yang memilih pergi ke luar setelah dua bulan dalam kondisi asap, mengambil libur dua minggu pergi ke Bali yang jaraknya cuma dua jam pesawat dari Singapura. “Saya putuskan akhirnya untuk bisa break sebentar dari kabut. Saya juga bisa bekerja dengan online, berarti saya bisa pergi,” ujarnya kepada CNBC, dengan masih menguatirkan dampak kesehatan bagi keluarganya dan pembantunya.
Kebakaran telah menelan kawasan hutan Indonesia dengan total sekitar 2,1 juta hektar dari bulan Juni sampai Oktober, menurut BMKG. Sebagai perbandingannya, luas Singapura sendiri hanya 70.000 hektar.
Jhon P/VBN/VMN/Analyst Vibiz Research Center
Editor : Asido Situmorang