Penurunan Cadangan Devisa Masih Wajar, Ekonomi Belum Rentan

607

 

Bank Indonesia (BI) telah merilis posisi cadangan devisa RI pada akhir Oktober 2015 yang tercatat sebesar 100,7 miliar dollar AS, turun 1 miliar dollar AS dibandingkan posisi September 2015 yang mencapai 101,7 miliar dollar AS. Apakah ini gejala kerentanan ekonomi Indonesia? 

Sejalan dengan menurunnya cadangan devisa yang disebutkan mendekati level psikologis 100 miliar dolar AS dan berada di level terendahnya sejak januari 2014, mata uang rupiah terpantau ikut melemah 0,8 persen pada hari ini (9/11). Situasi demikian, menyebabkan sebagian pelaku pasar mempertanyakan daya tahan ekonomi Indonesia, apalagi bila the Fed jadi menaikkan suku bunganya.

Lihat: Cadangan Devisa Oktober Terendah Sejak Januari 2014

Bank Indonesia menyebutkan dalam penjelasan resminya bahwa menurunnya cadangan devisa RI disebabkan oleh peningkatan pengeluaran untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah serta penggunaan devisa dalam rangka stabilisasi nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya. Tujuannya guna mendukung terjaganya stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan, demikian penjelasan otoritas moneter. 

Posisi cadangan devisa per akhir Oktober 2015 itu sebenarnya masih cukup untuk membiayai 7,1 bulan impor atau 6,6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Angka tersebut terhitung “aman” karena masih dua kali di atas standar kecukupan internasional yang sekitar 3 bulan impor.

Bank Indonesia sendiri menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depannya.

 

Penguatan dollar akan terbatas

Menurut analisis Vibiz Research, penguatan dollar AS karena sentimen kenaikan suku bunga the Fed tentunya sudah dapat diduga. Indeks dollar AS terakhir berada di sekitar level 98,990 (9/11), terkoreksi sedikit dari posisi sebelumnya (akhir minggu kemarin) di 99,150. Bagaimanapun, kenaikan telah terjadi sejak pertengahan tahun 2014. Dalam periode hampir 17 bulan terakhir ini, telah terjadi 14 bulan rally dan 3 bulan koreksi untuk indeks dollar AS. Penguatannya sejauh ini tidak dapat melampaui level tertinggi pada Maret 2015 lalu di posisi 100,380.  

Melalui analisis pergerakan pasar ini dapat dilihat bahwa penguatan dollar AS secara global juga agak tertahan untuk sekitar delapan bulan terakhir ini. Saat the Fed nanti –katakanlah Desember- menaikkan suku bunganya, penguatan dollar adalah sesuatu yang sudah “priced in”, sudah diambil pasar terlebih dahulu sejak hampir satu setengah tahun sebelumnya. 

Lagi pula, besar kemungkinan kenaikan-kenaikan suku bunga the Fed berikutnya akan dilakukan secara bertahap dan hati-hati karena the Fed tentunya tidak ingin menyeret ekonomi Amerika kembali ke jurang resesi akibat kenaikan bunganya. Selain itu, tidak diharapkan tren penguatan dollar yang hanya menggerus kinerja ekspor AS, sementara di China, misalnya, bersedia melemahkan mata uangnya demi mendongkrak ekspor China kembali. Dengan demikian siklus penguatan dollar ke depannya, kemungkinan tidak lagi seagresif seperti sebelum ini, dan semoga saja tidak terlalu memberatkan mata uang emerging market termasuk rupiah. 

Kembali kepada posisi cadangan devisa, analisis Vibiz Research melihat penurunannya sebagai wajar dalam rangka stabilisasi mata uang. Posisinya masih relatif aman, pada 7,1 bulan impor yang dua kali di atas standar kecukupan internasional 3 bulan impor. Kenaikan bunga the Fed nantinya lebih bersifat normalisasi perekonomian moneter AS. Kemungkinan pasar tidak terlalu bergejolak lagi seperti pergerakan selama ini. 

Dengan demikian, ekonomi Indonesia tidaklah dalam kondisi yang rentan. Kita malah sedang mengharapkan paket-paket kebijakan deregulasi ekonomi yang telah diluncurkan belakangan ini segera menimbulkan dampak penguatan fundamental ekonomi Indonesia. Indikator positifnya saat ini sudah terlihat, di antaranya penguatan ekonomi di kuartal ketiga 2015. Ekonomi sedang menggeliat bangkit. 

 

 

Jhon P/VBN/VMN/Senior Analyst Vibiz Research Center
Editor : Asido Situmorang

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here