Bursa saham kawasan Asia hari Kamis pagi ini dibuka menguat mengikuti bursa Wall Street oleh ekspektasi investor bahwa Federal Reserve cukup yakin terhadap perekonomian Amerika untuk menaikkan suku bunga pada Desember ini, namun akan sangat berhati-hati dalam pengetatan moneter selanjutnya. Pasar menginterpretasikan bahwa periode kenaikan suku bunga yang akan datang akan dijalankan secara bertahap.
Kemungkinan kenaikan suku bunga di Amerika, yang pertama dalam hampir satu dekade ini, telah membuat perkasa dollar AS dan harga sejumlah komoditas dalam tekanan. Sementara itu, investor global juga sedang menantikan saat ini risalah kebijakan dari Bank of Japan (BOJ) dan dari European Central Bank (ECB), demikian dikutip dari Reuters, Kamis (19/11).
Bursa Jepang Nikkei N225 terpantau menanjak 1 persen, mengabaikan data ekspor impor Jepang yang mengecewakan. Indeks MSCI terpantau menguat sekitar 0,6 persen, dan indeks AXJO Australia terlihat melejit 1,1 persen. Di tempat lainnya, Hang Seng mantap di level 22.465, atau naik sekitar 1,3 persen. IHSG juga pagi ini menguat di posisi 4523 dari posisi tutup pasar sebelumnya di 4497.
Hasil notulensi kebijakan the Fed terakhir menunjukkan bahwa para anggotanya siap mendukung kenaikan pada Desember ini sepanjang keputusan berikutnya akan dilandasi dengan kondisi perekonomian Amerika yang terus berkinerja baik.
“Bila mereka menaikkan bunga di Desember, the Fed kemungkinan akan dengan agresif memperlihatkan ide kenaikan yang sangat bertahap,” ujar Tom Porcelli, chief U.S. economist di RBC Capital Markets. “Kami berharap bahwa Yellen akan sangat menekankan hal ini dalam konperensi pers-nya nanti,” ujarnya lagi kepada Reuters.
Analisis Vibiz Research melihat bahwa kepercayaan pasar terhadap the Fed yang akan menaikkan suku bunga secara bertahap, yang artinya secara sangat berhati-hati dan bukan secara agresif, telah memberikan kepastian dan keyakinan pasar. Bahwa suku bunga harus dinaikkan, itu sudah dapat diterima oleh seluruh pelaku pasar, karena ini bersifat “normalisasi” dari era kebijakan suku bunga yang “ultra low”. Dengan indikasi kenaikan selanjutnya yang secara bertahap, pasar dengan demikian tidak perlu terlalu kuatir terhadap kejutan-kejutan yang mungkin timbul dari keputusan the Fed.
Vibiz Research sebelum ini telah memprediksikan bahwa aksi the Fed selanjutnya akan bertahap dan hati-hati (lihat: The Fed Bakal Menaikkan Suku Bunga; Bagaimana Menyikapinya?, vibiznews, 5/11/2015). Era siklus pengetatan moneter AS dari tahun 2004 sampai 2006 yang cukup agresif, dengan suku bunga yang naik dari level 1% ke 5,25%, dalam 17 kali keputusan naik secara berturut-turut, nampaknya tidak akan terjadi di masa kepemimpinan Yellen ini. Ini memberikan harapan dan optimisme pasar.
Kalau demikian, pada Desember nanti saat terjadi kenaikan suku bunga the Fed, belum tentu bursa saham Asia akan tergerus tajam seperti yang banyak dikuatirkan selama ini. Begitukah? Waktu akan mengujinya.
John P/VMN/VBN/Analyst Vibiz Research Center
Editor : Asido Situmorang