Kondisi perekonomian Tiongkok baru-baru ini menjadi sorotan pasar keuangan global setelah pekan lalu merugi akibat kinerja yang buruk di pasar keuangan Tiongkok. Otoritas kebijakan moneter negeri tersebut segera bertindak mengatasinya dan berdampak sedikit.
Belum selesai permasalahan tersebut, kantor Administrasi Bea dan Cukai Tiongkok umumkan masih buruknya perdagangan ekspor negeri tersebut meski surplus perdagangannya berhasil meningkat pada bulan Desember lalu.
Ekspor turun 1,4 persen secara tahunan pada bulan Desember yang disebabkan depresiasi mata uang negeri tersebut. Namun data tersebut lebih rendah dari penurunan 8 persen yang diperkirakan para ekonom dan penurunan 6,8 persen dalam bulan November. Dan pada saat yang sama impor turun 7,6 persen, juga lebih rendah dari penurunan yang diharapkan dari 11 persen.
Selisih yang cukup lumayan dari kedua transaksi perdagangan luar negeri tersebut, surplus perdagangan naik menjadi $ 60 miliar dan lebih tinggi dari ekspektasi kenaikan surplus di $ 51 miliar. Dan sepanjang tahun 2015, surplus perdagangan Tiongkok mencapai $ 594.5 miliar.
Jika dihitung dalam denominasi yuan , ekspor naik 2,3 persen, membalikkan penurunan 3,7 persen pada bulan November. Sedangkan impor menurun 4 persen setelah jatuh 5,6 persen bulan lalu. Sehingga surplus perdagangan meningkat menjadi CNY 382.05 miliar dari CNY 343.1 miliar pada bulan November.
Sangat volatilenya pasar saham negeri tersebut dan penurunan yuan beberapa hari lalu mengurangi kepercayaan investor di pasar global pada awal tahun ini. Sebagai informasi pekan depan kantor statistiknya umumkan rilis data PDB untuk kuartal keempat yang diperkirakan naik lebih rendah dari kuartal sebelumnya.
H Bara/ VMN/VBN/ Analyst-Vibiz Research Center
Editor: Asido Situmorang