Poundsterling Masih Sesak Nafas, Sesi Eropa Anjlok

594

Pergerakan poundsterling sepanjang hari sejak sesi Asia hari Kamis (21/01) sulit meneruskan rebound perdagangan sebelumnya. Dalam beberapa hari terakhir beberapa data ekonomi Inggris menunjukkan data yang positif dan berpotensi angkat kurs, namun sentimen rencana memorandum pindahnya Inggris dari Uni Eropa menjadi coreng yang kuat bagi pasar untuk memilih pound ditengah gejolak aset berisiko global.

Meskipun secara fundamental kondisi ekonomi global masih stabil namun sentimen pasar beberapa hari terakhir menunjukkan pesimisme yang besar akan prospek ekonomi tersebut sehingga aset beresiko dialihkan ke aset safe haven beberapa hari terakhir.

Satu hal lagi yang melemahkan pound berasal dari  pidato gubernur BOE Mark Carney kemarin, dimana dalam pidatonya disebutkan bahwa BOE tidak ada agenda untuk menaikkan suku bunganya. Setelah pernyataan tersebut sontak pasar yang tadinya berpandangan positif dengan kenaikan tingkat inflasi negeri tersebut kecewa dan menjualnya sehingga poundsterling jatuh ke posisi terendah 7 tahun terhadap dollar.

Dari sisi pergerakan indeks dollar AS perdagangan malam ini,  terdapat beberapa data ekonomi AS yang dirilis seperti data unemployment claims dan juga data Philly Fed manufacturing. Kedua data ini disinyalir dapat memberi tenaga bagi dollar untuk rebound namun sentimen anjloknya harga minyak mentah masih dominan.

Pergerakan kurs pound di sesi Eropa (11:35:35 GMT) bergerak lemas terhadap dollar AS, setelah dibuka lemah  pada 1.4191  di awal perdagangan (00.00 GMT), pair GBPUSD turun  44 pips atau 0,4% dan nilai bergulir berada pada 1,4147.

Untuk perdagangan selanjutnya hingga penutupan perdagangan besok, analyst Vibiz Research Center memperkirakan pair GBPUSD dapat turun  lagi ke kisaran support 1,4138 – 1,4085. Namun jika terjadi koreksi akan naik  ke kisaran 1.4231.

 

 

 

 Joel/VBN/VMN/Analyst Vibiz Research Center
Editor : Asido Situmorang

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here