Rusia Korban Terparah Anjloknya Harga Minyak Mentah

1153

Pasar keuangan global diawal perdagangan tahun 2016 mendapat tekanan yang kuat dari pelemahan harga minyak mentah sebelum tahun 2015 berakhir. Harga minyak mentah semakin anjlok parah hingga perdagangan pekan ketiga tahun ini oleh masuknya ekspor minyak Iran dalam pasokan minyak mentah dunia yang sudah lama meluap.

Dampak pelemahan harga minyak mentah ini sangat dirasakan khususnya pada negara pengekspor minyak mentah, salah satunya yang paling parah dirasakan yaitu Rusia. Sebagai eksportir minyak terbesar dunia sangat sulit bagi ekonomi Rusia yang sedang berjuang keluar dari resesi sejak negaranya mendapat sanksi dari Amerika Serikat dan sekutunya.

Dari pasar keuangan negara tersebut, merespon sentimen diatas rubel Rusia anjlok ke posisi terendah sepanjang sejarah terhadap dollar AS. Mata uang negara ini melemah 4 persen lebih  ke 81,941 terhadap dolar, melebihi rekor sebelumnya  pada puncak gejolak pasar keuangan Rusia pada Desember 2014.

Disaat rubel telah jatuh lebih dari pasar keuangan negara berkembang lainnya pada tahun 2016 dengan penyusutan hampir 10 persen, harga minyak mentah Brent telah merosot curam 26 persen. Akibatnya  pendapatan Rusia dari setiap barel minyak yang dijualnya jatuh  ke level terendah sejak 2010 dan memaksa pemerintah untuk mulai mempertimbangkan langkah-langkah penghematan untuk menghindari  kekurangan dalam anggaran.

Kondisi yang menyulitkan ekonomi Rusia ini masih belum membuat bank sentral negaranya bertindak untuk intervensi mengangkat kembali nilai mata uang yang sudah anjlok parah tersebut. Pasalnya bank sentral Rusia menganggap pelemahan rubel belum  mengancam stabilitas industri perbankan nasional, sehingga belum perlu dilakukan intervensi.

Sebagai informasi, pertumbuhan ekonomi Rusia alami kontraksi sejak kuartal petama tahun 2015 pasca sanksi AS dan Eropa sehingga sepertinya sulit keluar dari resesi.   Pelemahan rubel lebih lanjut nantinya akan membuat lebih sulit bagi para pembuat kebijakan untuk melanjutkan pemotongan suku bunga demi  menopang ekonomi yang bulan Desember lalu alami inflasi  terendah dalam satu tahun 12.9 persen.

 

 

Joel/VMN/VBN/Senior Analyst-Vibiz Research Center
Editor: Asido Situmorang

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here