Dewan Pengembangan Ekonomi Singapura siang ini (26/01/16) kembali melaporkan data tingkat produksi industri negaranya untuk periode yang berakhir pada bulan terakhir tahun 2015. Dalam rilis tersebut terlihat bahwa tingkat output dari sektor industri negara ini masih mencatat kontraksi genap memasuki bulan ke-10 nya berturut-turut, dengan laju kontraksinya semakin besar dibanding bulan sebelumnya.
Dalam rilis tersebut tertulis bahwa tingkat produksi industri Singapura pada bulan lalu bukukan penurunan sebesar -7,9 persen (yoy), sementara ekonom sebelumnya hanya memperkirakan penurunan sebesar -6,4 persen (yoy). Data produksi bulan Desember ini merupakan kontraksi yang besar dalam 8 bulan terakhir.
Dalam publikasi tersebut tercatat bahwa jika perhitungan ouput industri pada bulan lalu tidak termasuk output manufaktur biomedis, maka tingkat kontraksi output industri negara ini bukukan penurunan yang lebih dalam yaitu mencapai -10,2 persen (yoy). Di antara komponen pembentuk perhitungan output industri tersebut tercatat bahwa output cluster rekayasa transportasi anjlok hingga -24,0 persen (yoy) pada bulan September lalu dan output cluster elektronik mencatat kontraksi sebesar -8,6 persen.
Sementara itu, output dari cluster rekayasa presisi tergelincir sebesar -26,4 persen pada September lalu dan output dari cluster industri manufaktur umum turun -4,7 persen. Pada saat yang sama, output dari cluster manufaktur biomedis naik 16,2 persen pada bulan Desember.
Meskipun kinerja di sektor industrinya masih terus tertekan, nampaknya tidak demikian dengan kinerja ekonomi negara ini secara keseluruhan. Pasalnya, berdasarkan rilis awal laju Pertumbuhan Domestik Bruto (PDB) Singapura pada Q3 lalu, negara ini berhasil bukukan pertumbuhan sebesar 1,4 persen (yoy), lebih baik dari kuartal sebelumnya yang hanya mampu bukukan pertumbuhan sebesar 0,1 persen (yoy). Merespons rilis tersebut, Pemerintah Singapura pun nampak tetap optimis terhadap perekonomian negaranya dengan tetap mempertahankan proyeksi pertumbuhan ekonomi Singapura pada kisaran 2,0-2,5 persen di tahun 2015 ini.
H Bara/VM/BNV/ Analyst at Vibiz Research Center
Edior: Asido Situmorang