Mengawali perdagangan pasar valas pekan ini, rupiah Selasa (9/02) tidak berhasil mengulangi trend perdagangan akhir pekan meski di pasar spot hari Senin kembali mencetak penguatan. Kekhawatiran pasar bangkit diawal pekan akan kondisi ekonomi global pasca anjloknya kembali harga minyak mentah sehingga pasar global lebih memilih aset safe haven.
Pekan lalu rupiah kembali mencetak penguatan mingguan untuk 4 minggu berturut terhadap dollar bahkan berhasil mencapai posisi tertinggi dalam 6 bulan. Keberhasilan ini dipicu oleh data PDB kuartal emapt yang mengesankan. Produk domestik bruto tumbuh 5,04 persen dalam tiga bulan hingga Desember dibandingkan tahun sebelumnya seperti yang dirilis Biro Statistik di Jakarta, Jumat (05/02). Peningkatan ini melebihi semua perkiraan dalam survei ekonom, namun sepanjang 2015 PDB hanya tumbuh 4,79 persen dari 5,02 persen tahun sebelumnya.
Dampak dari pelemahan rupiah telah membuat asing tarik dananya kembali cukup besar sehingga tercetak net sell sekitar Rp15 miliar. Dan aksi asing ini membuat IHSG terkoreksi, turun 0,7 persen ke posisi 4762.
Pergerakan kurs Rupiah di pasar spot pagi ini bergerak turun dengan posisi penurunan 0,62% dari perdagangan sebelumnya dan kini bergerak pada kisaran Rp13677/US$ setelah dibuka kuat pada level Rp13751/US$. Demikian kurs Jisdor yang ditetapkan Bank Indonesia hari ini diperkuat ke 13689 dari hari sebelumnya 13653 pada hari Jumat (5/02).
Dan untuk pergerakan kurs Rupiah di pasar spot hari ini berpotensi menguat hingga akhir perdagangan didukung dengan proyeksi dollar yang melemah, sehingga Analyst Vibiz Research Center memperkirakan Rupiah bergerak di level support di 13754 resistance 13671 per dollar.
Joel/VMN/VBN/Analyst-Vibiz Research Center
Editor : Jul Allens