Hari-hari ini sangat gencar diberitakan tentang kemelut politik di Inggris mengenai rencana negara Inggris keluar dari kelompok Uni Eropa yang beranggotakan 28 negara tersebut. Pasalnya pekan lalu PM David Cameron harapkan pihak legislatif Inggris mendukung dia untuk membatalkan rencana tersebut setelah mengikuti KTT Uni Eropa hari Jumat lalu (19/02) dan umumkan akan melakukan referendum dalam rangka meminta dukungan publik untuk rencana keluarnya Inggris atau sering disebut Brexit pada tanggal 23 Juni nanti.
Usaha David Cameron untuk mempertahankan Inggris berada di kelompok negara yang alami penambahan anggota sejak tahun 1973 sebanyak tujuh kali tersebut ditentang oleh politisi top Inggris yaitu Walikota London Boris Johnson.
Sebelumnya usaha PM Inggris tersebut ditentang ratusan perusahaan-perusahaan besar di Inggris yang mendukung pernyataan Boris Jhonson bahwa kehidupan Inggrsi akan lebih baik diluar Uni Eropa. Namun seperti yang disampaikan semalam di Times Of London sepertiga perusahan-perusahaan tersebut menyatakan menolak Brexit.
Kelompok perusahaan besar yang terdiri dari sekitar 200 perusahaan berbagai sektor mendukung kampanye Perdana Menteri David Cameron untuk meyakinkan publik Inggris tetap di Uni Eropa. Cameron beralasan Inggris akan lebih baik secara ekonomi. Perusahaan-perusahaan tersebut beranggapan keluar dari Uni Eropa akan menghalangi investasi, mengancam pekerjaan dan menempatkan ekonomi Inggris dalam resiko besar.
Dari sisi pasar keuangan global, usaha Inggris keluar dari Uni Eropa memberikan dampak yang buruk bagi pergerakan mata uang poundsterling Inggris di pasar forex. Sejak perdagangan tahun lalu sentimen ini merupakan salah satu pemberat besar gerak kurs pound dan usaha melakukan referendum lagi semakin memberatkan pound.
H Bara/VMN/VBN/ Senior Analyst at Vibiz Research Center
Editor: Jul Allens