Diawal perdagangan forex akhir pekan (25/03) dollar AS yang berhasil mencetak prestasi yang mengagumkan sepanjang perdagangan tahun 2016 dengan pedenya kembali berjalan melintasi jalur kinerja yang mengesankan sepanjang minggu dengan masuk rally hari keenam berturut. Diawal perdagangan AS semalam, dollar sempat dilemahkan oleh rilis data ekonomi negara tersebut namun segera berbalik kembali merespon pernyataan Presiden Fed St Louis James Bullard dalam pidatonya di hadapan Asosiasi untuk Bisnis dan Ekonomi New York.
Kedua rilis data ekonomi yang dilaporkan semalam seperti data durable goods orders dan unemployment claims tidak memberikan dukungan bullish dollar dikarenakan data yang dirilis menunjukkan data yang miring atau mengecewakan.
Lihat: Durable Goods Orders Februari Anjlok Parah
James Bullard mengatakan dalam sambutannya yang disiapkan mengenai tingkat suku bunga kenaikan AS mungkin tidak lama lagi, komentar ini serupa dengan pernyataannya hari sebelumnya yang menyatakan kenaikan suku bunga bisa datang secepat bulan depan. Pernyataan ini sejalan dengan komentar hawkish yang sama dari pejabat tinggi Federal Reserve lainnya awal pekan ini.
Kekuatan sentiment Fed Rate tersebut berhasil menghiraukan sentiment anjloknya harga minyak mentah untuk 3 hari berturut hingga turun ke posisi terendah dalam 5 pekan terakhir yang berada di bawah $40 per barel. Pelemahan harga minyak mentah ini tidak bisa menekan dollar dan semakin menekan kurs komoditas.
Terhadap major currencies lainnya, dollar hanya melemah terhadap pound sterling yang berhasil rebound setelah 3 bulan berturut alami guncangan hebat. Pound sejak perdagangan sesi Eropa berhasil bangkit setelah pasar merespon data omset ritel bulan Februari yang menggembirakan.
Lihat: Omset Ritel Inggris Lepaskan Pound Dari Ikatan Bearish
Indeks dollar yang mengukur kekuatan dollar AS terhadap rival utamanya di pasar spot terkini, perdagangan semalam berhasil ditutup menguat sekitar 0,03% setelah dibuka pada posisi 96,02 dan ditutup pada posisi kuat 96,08.
Joel/VMN/VBN/Senior Analyst-Vibiz Research Center
Editor: Asido Situmorang
