Tanggal 23 Juni 2016, sepertinya akan menjadi tanggal penentuan bagi negara Inggris. Pada saat itu. Rakyat Inggris akan menentukan pilihan dalam referendum terakhir, dimana mereka akan memutuskan, apakah mereka akan tetap berada di European Union (EU), atau keluar dari EU.Tentunya, mereka akan diberikan pilihan “Yes”, atau “No”, dan seperti biasanya, keputusan dari referendum adalah berdasarkan perolehan suara terbanyak.
European Union (EU) atau Uni Eropa sendiri, saat ini terdiri dari 28 negara, yaitu Austria, Belgia, Bulgaria, Kroasia, Siprus, Republik Ceko, Denmark, Estonia, Finlandia, Perancis, Jerman, Yunani, Hongaria, Irlandia, Italia, Latvia, Lithuania, Luxembourg, Malta, Belanda, Polandia, Portugal, Romania, Slovakia, Slovenia, Spanyol, Swedia, dan Inggris.
Perdana Menteri Inggris Raya, David Cameron sendiri, menyatakan bahwa Inggris tidak akan meninggalkan Uni Eropa. Keinginan David Cameron, didukung oleh beberapa partai, seperti Labour Party, Plain Cymru, dan Lib Dems. Bahkan, Presiden Amerika Serikat, Barrack Obama juga mendukung untuk Inggris tetap berada dalam Uni Eropa. Namun, pernyataannya berbeda dengan pandangan dari Walikota London, Boris Johnson dari Partai Konservatif yang terus berkampanye agar Inggris keluar dari Uni Eropa.
Bagi David Cameron sendiri, referendum yang akan berlangsung pada bulan Juni tersebut, merupakan saat bagi rakyat Inggris untuk mendapatkan apa yang mereka katakan, dan juga saat yang tepat untuk menetapkan jawaban atas pertanyaan Eropa terhadap politik Inggris.
Dalam referendum bulan Juni ini, yang memiliki hak untuk melakukan voting adalah warganegara Inggris yang berusia diatas 18 tahun, yang bertempat tinggal di Inggris maupun luar negara Inggris. Cara mengikuti referendum sangatlah mudah. Setelah melakukan pendaftaran, maka pendaftar akan dikirimkan kartu yang berisi informasi tentang tempat untuk melakukan voting, dan kemana pendaftar harus pergi untuk melakukan voting. Dan pada tanggal 23 Juni tersebut, di tempat pengumpulan polling suara, maka pendaftar akan diberikan kertas yang berisi pertanyaan referendum. Setelah itu, pendaftar tinggal menuju ke booth, dan setelah itu menentukan pilihannya dengan memberikan tanda X pada kotak “Yes” atau “No”. Selain itu, pendaftar juga bisa memilih melalui via pos.
“Status Istimewa” Inggris di Uni Eropa
Perdana Menteri Inggris, David Cameron sendiri, menegaskan kesepakatan dengan pemimpin Uni Eropa lainnya mengenai keanggotaan Inggris di Uni Eropa. Cameron mengatakan, apabila nantinya hasil voting menyatakan bahwa Inggris tetap memilih untuk tidak keluar dari Uni Eropa, maka Inggris akan mendapatkan status istimewa.
Adapun kesepakatan tersebut, antara lain berbicara tentang :
Kebijakan bagi anak-anak : para pekerja imigran tetap bisa mengirimkan pembayaran bagi anak-anak mereka yang berada di negara asal. Cameron sendiri, ingin memberhentikan hal itu, namun pada kenyataannya, pembayarannya mungkin tetap akan dilakukan, tetapi di level tertentu yang disesuaikan dengan standar hidup di negara asal imigran, bukan dengan standar hidup di Inggris.
Pembayaran untuk kesejahteraan pekerja asing : Cameron mengatakan bahwa dengan cara memotong fasilitas dari pekerja upah rendah dari negara Uni Eropa lainnya yang bekerja di UK, akan mengurangi banyaknya orang yang datang ke UK untuk mencari kerja. Para pendatang baru rencananya tidak akan bisa melakukan klaim atas tax credits dan kesejahteraan lainnya, namun bisa mendapatkan fasilitas secara bertahap sesuai lamanya mereka telah menetap, tetapi dalam hal ini, ukuran tingkatan pastinya belum diputuskan secara jelas.
Mempertahankan mata uang Poundsterling : Mengenai mata uang, Cameron menegaskan tetap akan menggunakan mata uang Poundsterling dan tidak akan mengikuti untuk menggunakan mata uang Euro.
Perlindungan untuk London : Perlindungan bagi industri jasa keuangan Inggris
Kebebasan menjalankan kebijakan sendiri : Untuk pertama kalinya, akan ada komitmen yang jelas bahwa Inggris bukan bagian dari pergerakan “ever closer union” dengan negara anggota Uni Eropa lainnya. Hal ini akan dimasukkan dalam perubahan kesepakatan dengan Uni Eropa. Cameron sendiri akan melakukan pengamanan sistem “red card” untuk parlemen nasional, yang akan mempermudah untuk memblokir undang-undang yang tak diinginkan. Jadi, sistematika dalam prakteknya, jika ada bagian dalam undang-undang Uni Eropa yang tidak disetujui oleh setidaknya 55% dari parlemen, maka Undang-Undang tersebut bisa dipikirkan kembali.
Apakah Inggris Sebaiknya Tetap Atau Keluar di Uni Eropa?
Menurut analisa dari Vibiz Research, senada dengan Perdana Menteri David Cameron, Inggris sebaiknya memang tetap berada di keanggotaan Uni Eropa. Hal itu, tentunya juga harus dibarengi dengan pelaksanaan yang konsisten dari kesepakatan yang memang “mengistimewakan” status Inggris di antara negara Uni Eropa lainnya.
Belum lagi, saat ini kesejahteraan dan ekonomi menjadi hal yang harus diperhatikan. Apabila Inggris keluar dari Uni Eropa, maka akan berdampak pada perekonomiannya, yaitu melemahnya mata uang poundsterling, dimana sekitar setahun terakhir ini, nilai mata uang poundsterling merosot jauh sejak berita Brexit ini.
Fanny Sue/VMN/VBN/ Senior Analyst at Vibiz Research Center
Editor: Jul Allens