Ditengah perdagangan sesi Asia pagi ini (3/05) dollar AS kembali menjadi mata uang yang ditinggalkan para pelaku pasar keuangan setelah awal pekan gagal untuk rebound. Kegagalan mata uang yang hanya menguat terhadap yen ini dikecewakan oleh data kinerja manufaktur Amerika yang nyaris kontraksi.
ISM merilis data manufaktur PMI negeri tersebut turun ke posisi 50,8 poin dari posisi bulan sebelumnya di 51,8. Penurunan data ini sudah diduga sebelumnya namun data jatuh dibawah perkiraan penurunan ekonom. Lemahnya yen dipicu oleh pernyataan Menteri Keuangan Jepang Taro Aso akhir pekan lalu.
Namun pagi ini terpantau dollar anjlok kembali terhadap yen, kekuatan yen didapat dari pengumuman kantor Departemen Keuangan AS yang menyebutkan telah menempatkan Jepang pada daftar monitoring mata uang baru dengan empat negara lain yang memiliki surplus perdagangan yang besar dengan Amerika Serikat. Laporan ini dipandang membuat lebih sulit bagi Jepang untuk melakukan intervensi di pasar mata uang untuk membendung kenaikan yen.
Terhadap rival lainnya dollar hanya kuat terhadap swissfranc dalam USDCHF, dan indeks dollar yang mengukur kekuatan dollar AS terhadap 6 rival utamanya di pasar spot terkini masih bergerak turun, kini indeks turun ke posisi 92,48 setelah dibuka lemas di 92,54.
Untuk penggerak fundamental hari ini, terdapat kebijakan moneter RBA, data manufaktur Inggris dan kawasan Amerika ada moment presiden Fed Cleveland Loretta Mester berbicara yang diharapkan memberikan sinyal baru untuk kenaikan lanjutan fed rate.
Joel/VMN/VBN/Senior Analyst-Vibiz Research Center
Editor: Asido Situmorang